Di bagian selatan negeri in, tepatnya di Pustynia Bledowska (baca: pustinia blendovska) memang sejak ribuan tahun yang lalu ditemukan sahara terbesar di seluruh Eropa, dan dijuluki the "only natural desert in Europe".
Rasa ingin tahu dan penasaran inilah yang membawa saya, dan beberapa teman, mengunjungi tempat ini pada akhir April 2009 yang lalu. Sahara ini terletak di pebukitan di antara Slaska and Olkuska di Propinsi Slaskie.
Bukan tanggung-tanggung, gurun pasir yang disebut juga sebagai “the Polish Sahara” ini ternyata cukup luas, kl. 32 km persegi, berdimensi sekitar 9 km x 3-4 km, dengan ketebalan pasir antara 40 – 70 meter! Jelas, ukuran ini sangat mini jika dibandingkan dengan gurun pasir atau sahara yang terdapat di benua-benua lainnya seperti di Afrika Utara yang mencapai 9 juta km persegi!
Konon, dulu padang pasir alamiah Polandia ini menyita tempat seluas 150 km persegi, kemudian menciut menjadi 80 km2 pada abad ke-13 dan menciut terus hingga kini luasnya tinggal kl. 32 km2.
Menurut sejarahnya, penduduk di sekitar wilayah ini awalnya menanam pohon-pohon sejenis Caspian willow untuk menahan pasir agar tidak berterbangan pada saat angin kencang, bahkan adakalanya badai pasir (sandstorms). Tetapi ternyata jenis pohon ini tumbuh dengan subur mengikis pebukitan pasir pada kawasan yang lebih tinggi.
Pencarian biji besi, perak, dan batubara pada abad pertengahan di masa lalu telah mendorong tumbuhnya industry pertambangan, dan selanjutnya pemukiman di sekitar sahara itu. Kebutuhan bahan makanan selanjutnya mendorong pertanian yang mengepung sahara itu.
Proses penghijauan yang berkembang itu pula yang menjadi kecemasan rakyat Polandia bahwa tanpa upaya konservasi maka sahara ini akan lenyap. Kini, seluas 85% permukaan sahara telah dipenuhi tumbuhan yang mengancam punahnya padang pasir ini.
Untuk itu ada LSM yang bergerak untuk memelihara padang pasir ini yang menyebut dirinya "Polish Sahara Association”. Organisasi ini aktif menggalang upaya dan dana demi mempertahankan padang pasir ini.
“Bila tidak dilakukan langkah-langkah penyelamatan, maka sahara kebanggaan rakyat Polandia ini pun terancam punah“, ujar seorang aktivis lingkungan Polandia.
Pada era penghijauan dan kecemasan terhadap peningkatan pemanasan global, sepertinya upaya para naturalis Eropa berjalan dengan logika terbalik.
Terbentuk Alamiah
Setelah menempuh jalan sekitar 350 kilometer dari Warsawa ke arah selatan, kami pun tiba di Pustynia Bledowska. Tetapi tidak terlihat padang pasir seperti dibayangkan dalam foto-foto padang pasir di Mesir, misalnya. Kawasan sekitarnya rimbun.
Masuk di akal jika diperkirakan, tanpa koservasi, sahara ini akhirnya akan lenyap dari Eropa. Para ahli dan politisi di Brussels pun sibuk bagaimana ‘menyelamatkan’ sang sahara. Berbeda dengan di Timur Tengah yang sibuk ‘menghijaukan’ padang pasir, di Polandia justru sahara ini ingin dipertahankan. Mungkin untuk wisata, mungkin juga untuk penyelidikan ilmiah.
Kami agak kecewa karena di bagian timur ini hanya terlihat hanya sedikit warna pasir putih, yang terletak agak di tengah-tengah belukar dan pepohonan cemara, dan hampir tak terpantau dari kejauhan. Datar, membosankan, sekilas orang berkomentar begitu. Tetapi di sana tentulah daerah ini menarik bagi ilmuwan atau orang-orang penasaran seperti kami.
Kami juga tidak lupa membawa jaket, karena arus angin yang relatif kencang di sana, apalagi jika udara agak dingin. Memang tempat kami masuk ini agak tinggi, sehingga dengan mudah memandang ke hamparan luas di bawah kami. Daerah perbukitan di sini ideal untuk olahraga paragliders dan terbang layang atau sejenisnya. Dari tempat yang tinggi itu, seakan-akan kita berada di langit, memandang ke kaki bumi, begitulah.
Kekecewaan kami tidak berlangsung lama. Untung, polisi yang patrol di sana memberitahukan agar kami masuk dari sisi barat dan utara. Di bagian ini, kata pak polisi, masih terdapat konsentrasi pasir yang luas, tidak tertutupi oleh berbagai pohon. Kami pun bergegas tidak sabar melihat tempat unik ini.
“Jika anda ingin menyaksikan suasana Sahara hanya di dekat Klucze di bagian barat dan di bagian utara di Dabrowko dekat Chechlo terdapat timbunan pasir yang lumayan luas”, kata pak polisi.
Pustynia Bledowska, seperti disebut orang Polandia menyebut sang sahara, memang memesona. Pasir halus di sana mengandung quartz bermutu tinggi, dan disekitarnya terdapat batu karang dan fossil-fossil peninggalan zaman Jurassic. Menurut orang di sana, bila hujan turun maka petir menyambar ke arah kawasan yang mengandung mineral, dengan sendirinya mengundang listrik, menghunjam bumi, dan menimbulkan percikan dari segala penjuru. Ini menjadi tontonan menarik.
Berada di bukit-bukit pasir di sana memang serasa berada di pantai. Pasirnya pun sama seperti yang terdapat di pantai. Ada juga turis lokal yang berjemuran di terik matahari di sana, sementara pengunjung lainnya tak lama mulai bermunculan lengkap dengan kamera untuk mengabadikan tempat unik ini.
Alkisah, lautan pasir di sana berasal dari air laut yang mencair dari berbagai lautan pada zaman glacial, mencairnya es dari kutub puluhan ribu tahun yang lalu, dan mengalir ke lembah Przemsza. Pasir lautan pun mengendap di sana. Setelah pemanasan global yang dimulai kira-kira 10 ribu tahun yang lalu, mulailah kawasan itu ditumbuhi pepohonan, terus berkembang sampai abad ke-13.
Berbeda dengan sahara-sahara di belahan bumi lainnya yang selalu mengalahkan proses penghijauan buatan manusia, Pustynia Bledowska yang berada di iklim Eropa, dengan curah hujan yang cukup alam melakukan penghijauan sendiri. Jika proses alamiah ini dibiarkan berlanjut, maka diprediksi tidak lama lagi sang sahara pun lenyap. Maka, para ahli pun dengan dana terbatas bekerja untuk ‘memulihkan’ sang sahara. Paling tidak memertahankannya pada tingkat sekarang.
Katanya, dulu (sekitar tahun 1950-60 an) kita masih bisa menyaksikan beberapa karakter padang pasir, seperti fatamorgana, padang rumput(pasture), badai pasir (sandstorms), dan bukit pasir di pantai (dunes). Kini kawasan pinus di belahan barat merambah cepat. Itu sebabnya, ketika memasuki wilayah ini dari sudut timur kami hampir tidak melihat bekas-bekas sahara. Sangat hijau.
Snow on Sahara
Bila Anggun, mantan penyanyi remaja Indonesia yang populer di Eropa, kini warganegara Prancis, dianggap melantunkan bual melalui hit-nya “Snow on Sahara“, maka Pustynia Bledowska tempat pembuktian yang sahih. Wilayah, seperti wilayah Polandia di musim dingin tertutup oleh salju, termasuk di sahar ini. Maka, Snow on Sahara adalah suatu realitas. Betapa uniknya.
Kontradiksi lainnya jika dibandingkan dengan sahara-sahara di berbagai benua lainnya adalah kehijauannya. Karena di sini, juga terdapat kehidupan flora dan fauna.
Menurut catatan ilmuwan Polandia, di kawasan itu kini terdapat kl. 350 jenis tumbuhan, kebanyakan dengan karakter padang pasir dan pohon-pohon di pinggir pantai. Bagi ahli botani, di sana terdapat tumbuhan unik seperti stemless carline thistle (Carlina acaulis), broadleaf helleborine (Epipactis helleborine), dark red helleborine (Epipactis atrorubens), prince's pine (Chimaphila umbellate), whorled Solomon's seal (Polygonatum verticillatum), Doronicum austriacum, dan fescue grasses (Festuca). Jenis-jenis rumput yang tumbuh di sana seperti, gray clubawn grass (Corynephorus canescens), blue lyme grass (Elymus arenarius), couch-grass (Triticum repens) menghiasi dataran rendahnya.
Pepohonan yang tumbuh juga memberi kehidupan bagi fauna, di sini terdapat sekitar 150 jenis serangga dan burung. Burung seperti woodlarks (Lullula arborea) atau tawny pipits (Anthus campestris), stone curlews (Burhinus oedicnemus) – burung padang pasir yang bertelur di pasir ada di sana. Ada juga muskrats, beavers, sejenis binatang langka serta reptil sand lizard dan ular.
Yang menarik, padang pasir ini pernah digunakan sebagai markas tempur pada saat Perang Dunia II, oleh Pasukan Jerman dari satuan Afrika Korps untuk latihan dan percobaan alutsista sebelum digunakan di Afrika. Sekarang sesekali digunakan oleh Pasukan Operasi Perdamaian (peace-keeping) Polandia, terutama untuk menguji-cobakan tank-tank buatannya sebelum diterjunkan di Irak dan Afghanistan.
Ketika kami memasuki tempat ini, masih terdapat papan peringatan: “Daerah Militer, Dilarang Masuk”. Ini juga obyek menarik yang kami abadikan, seperti juga kelakuan para pengunjung lainnya.
Saya telah membuat foto-foto di kawasan indah di sini. Sebagian telah saya muat di Facebook, di bawah account nama yang sama: Haz Pohan. Silahkan visit.
Warsawa, 21 Mei 2009