Monday, March 29, 2010

PORTUGAL : MENYUSURI JEJAK ISLAM DI EROPA



KAMI bersyukur, pada akhirnya dapat berkunjung ke Portugal pada awal Maret yang lalu. Di kota Lisbon yang penuh gurat sejarah kejayaan bangsa Portugis di masa lalu terutama di abad kelima belas sampai keenambelas bermukim teman lama kami, Ibu Andalusi yang bertugas di KBRI Lisbon.

Orang-orang Portugis pernah mengadakan ekspedisi ke Indonesia di tahun 1512, pada masa puncak kejayaan imperiumnya. Portugal dulu menjadi superpower di bidang ekonomi karena menguasai lautan. Negeri ini juga berjasa memopulerkan rempah-rempah kita di dunia.

Di sini banyak kota dan tempat mengambil nama Arab. Kenapa? Sebelumnya Islam menduduki negeri ini sejak abad ke-8 selama 450 tahun!

Sejarah juga pernah memenjara hubungan Indonesia - Portugis dalam soal Timor Timur. Selama 24 tahun diplomasi kita repot menghadapi ‘krikil dalam sepatu’, menurut istilah mantan Menlu Ali Alatas, yang cukup banyak menghabiskan energi. Padahal, menurut berbagai sejarawan yang juga diakui dalam berbagai buku-buku teks di Amerika dan Eropa Indonesia tidak memiliki ambisi perluasan wilayah di Timtim (sekarang: Timor Leste). Perang Saudara yang terjadi di Timtim, sebagai akibat dari kudeta militer di Portugal yang disebut sebagai Carnation Revolution di tahun 1975, kemudian mencemplungkan Indonesia ke tengah-tengah konflik di sana.

Atas saran superpower AS yang takut Timtim menjadi komunis (the domino theory), maka diminta agar Indonesia masuk pada tahun 1975. Indonesia berada di sana sampai tahun 1999, setelah referendum PBB.

Kini, hubungan Indonesia-Portugal sangat baik, dan tali-temali budaya pun terungkap. Banyak jejak-jejak budaya dan arsitektur Portugis yang terdapat di Indonesia.




Jejak Kejayaan Islam di Eropa

Islam menjadi kekuatan dominan di Eropa selama lebih dari 1200 tahun! Dari abad ke-8 sampai abad ke-20. Kejayaan raja-raja Islam di Iberia kemudian diteruskan oleh Ottoman Turki (abad ke-13 sampai abad ke-20). Jadi, sebenarnya pengenalan orang-orang Eropa terhadap Islam bukanlah baru, seperti misalnya di AS yang mulai tertarik mempelajari Islam setelah peristiwa 11 September 2001, ketika World Trade Center dijadikan sasaran teror oleh Al Qaedah.

Empat ratus lima puluh tahun negeri ini menjadi wilayah penting bagi Islam di Eropa, tetapi hanya dengan pengamatan teliti dan detil Anda melihat jejak-jejak Islam di Portugal. Jejak Islam di Portugal tentu berkaitan dengan sejarah semenanjung Iberia sendiri, termasuk di berbagai kota di Spanyol sekarang.

Fakta ini banyak tidak diketahui oleh kita, dan bahkan berusaha dilupakan orang-orang Eropa sekarang. Ketika kekhalifahan di Iberia pudar pada abad ke-12, Ottoman bangkit dan berjaya sampai 1923. Negeri ini 450 dijajah bangsa Moor, dari Afrika Utara, tetapi mengapa seolah-olah terhapus dalam ingatan?

“Orang Iberia memang ingin menghapuskan kenangan yang merendahkan mereka sebagai bangsa penjelajah hebat dan menguasai pelayaran dunia di abad 15 dan 16”, terutama dari bekas-bekas peninggalan orang-orang Moor”, kata staf lokal yang mendampingi kami.

Maksudnya, negeri ini pernah dikuasai Islam selama hampir 5 abad, dari abad ke-7 sampai abad ke-12. Tidak hanya di Portugal, Islam juga menguasai Spanyol, dan seluruh semenanjung Iberia dan sekitarnya. Bahkan lebih lama: 800 tahun! Dulu ketika kami berkunjung ke Granada, Alhambra, Toledo, kami melihat bekas-bekas kejayaan Islam yang dahsyat di sana.




Sejarah Islam di Portugal

Beberapa abad, sejak 711 – 1249 Portugal di bawah kekuasan Muslim yang berasal dari Moor, Afrika Utara. Islam memengaruhi Portugal dari seni dan bahasa. Ratusan kata-kata Portugis berasal dari Arab.

Panglima Muslim Tariq ibn Ziyad dari dinasti Umayyad menaklukkan Iberia 711 dari tangan raja Visigoth. Kemudian Islam menyerbu Cordoba dan Toledo, ibukota Visigothic. Pada tahun 714 Panglima Musa ibn Nusair menyerbu Saragoosa, Leon dan Astorga. Kemudian Évora, Santarém, and Coimbra direbut 716. Islam hanya memerlukan waktu 5 tahun menguasai seluruh Iberia. Daerah taklukan disebut Al Andalus. Pada abad ke-10 Islam menjadi agama mayoritas di Iberia. Orang Yahudi yang dilindungi penguasa Muslim juga Berjaya.

Tetapi, di Lusitania tentara Muslim bertengkar. Algarve masih menyimpan bekas peninggalan Islam yang kuat, karena mereka bermukim di sana. Banyak orang Visigoth, terutama petani yang masuk Islam. Bangsawan yang menjadi Muslim diangkat menjadi gubernur. Orang Yahudi, sejak dari dulu, senang berdagang dan hidup di dunia akademis.

Di Andalus, nama Iberia bagi Muslim, Islam jaya selama 250 tahun di bawah komando Khalifah Kordoba. Kordoba makmur, berkuasa, berbudaya, karena para khalifah mendirikan sekolah, perpustakaan, pusat riset dan keilmuan, termasuk matematik. Mereka juga menurunkan gaya arsitektur yang disebut arabesque decoration. Mereka juga mengembangkan pertambangan, membangun perdagangan dan industry, irigasi yang hebat, taman-taman yang indah.

Masa keemasan akhirnya berlalu. Pada abad kesebelas para bangsawan Muslim telah menjadi kaya dan berkuasa. Mereka membebaskan diri dari kekuasaan Khalifah dan membentuk kota-kota yang independen (taifas), seperti para emir di Badajoz, Mérida, Lisbon, and Évora. Maka, kaum Visigoth yang bersembunyi di pegunungan melihat kesempatan. Akhirnya Iberia kembali direbut oleh Kristen. Sampai tahun 1236 kekuasaan Islam hanya tinggal di Granada.

Keberhasilan di Iberia mendorong pasukan Muslim masuk ke Prancis. Pada awalnya cukup kuat perlawanan pasukan Prancis, seperti Battle of Toulouse (721), meskipun akhirnya pada tahun 725 pasukan Muslim berhasil menguasai Autun. Pertimbangan strategis menyebabkan mereka mundur pada tahun 732, kembali ke Andalusia. Mereka bertahan Cuma di Swiss sampai abad ke-10, dan merebut Sisilia, menyerang Roma pada tahun 846 dan menguasai Pisa pada tahun 1004. Di Sisilia, Muslim yang menguasai sejak invasi Arab dan Moor pada tahun 827 sampai tahun 1072.

Pada akhirnya, kekuasaan Islam berakhir di Spanyol ketika Emirat Granada menjadi bagian dari Kerajaan Castile sejak tahun 1238 sampai Perang Salib selesai pada tahun 1492 dan Muslim terusir atau dipaksa menukar Iman atau dibunuh dari Castile pada tahun 1609 dan dari seluruh wilayah Spanyol pada tahun 1614.

Namun, di daerah Balkan kekuatan Ottoman mulai berjaya. Telah lahir superpower Islam yang baru.














In the Aftermath

Baru setelah pasukan Kristen kembali menguasai Iberia dan selatan Italia, orang-orang Eropa menemukan “treasure” yang sangat berharga.

Apa warisan terbesar Islam di Eropa? Islam mewariskan Eropa dengan seni, pertanian, ekonomi dan perdagangan, filsafat, matematika, kedokteran, dan iptek. Hasilnya : rennaisance Eropa abad ke-12. Seluruh buku dan teks tentang kemajuan Islam itu diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa, termasuk buku karya Plato, Aristoteles, Socrates yang telah lenyap karena dipandang oleh Gereja sebagai bid’ah.

Orang-orang Eropa mengatakan, berkat peradaban dan kemajuan Islam mereka menemukan kembali akar budayanya.

Bersamaan dengan pudarnya kekuatan Islam di Iberia dan Eropa Selatan, nun di timur sana di Constantinople telah mulai bersinar emporium Islam baru: Ottoman. Belajar dari kejayaan Islam –dan keruntuhannya di Iberia dan Eropa Selatan—Ottoman kemudian menjadi pusat interaksi antara peradaban Timur dan Barat selama 6 abad, menjadi semacam penerus Imperium Byzantium, tetapi versi Islam.

Kerajaan Ottoman bangkit di akhir abad ke-13 (1299), mencapai puncak kejayaan pada abad ke-16 dan ke-17, baru lenyap pada awal abad ke-20 (1923), setelah berakhirnya PD I. Pada puncak kejayaannya, Ottoman menguasai 3 benua, terutama di Eropa tenggara, Asia Barat dan Afrika Utara.

Bahkan kiprah orang-orang Turki itu mencapai Indonesia, ketika Sultan Aceh pada tahun 1565 membuat deklarasi menjadi pengikut Ottoman.



Napak Tilas

Nama tempat dan kota di Negeri ini banyak mengambil nama-nama Arab. Bahkan kota yang dipandang suci, Fatima, berasal dari nama putri kesayangan Rasulullah saw. Di kota itu, terdapat gereja yang dikunjungi jutaan umat Katolik dan wisatawan.

Coba lihat di St George Castle di tengah kota Lisbon, dulu benteng pertahanan yang juga digunakan oleh orang-orang Moor, bangsa Muslim dari Afrika Utara pada abad ke-11 dan ke-12 ketika Lisbon menjadi kota pantai penting bagi Islam, dan direbut oleh raja pertama Portugal, Alfonso Henriques pada tahun 1142. Orang Portugis menyebutnya Castelo de São Jorge. Bangunan yang memiliki 10 tower ini ini pernah menjadi istana raja selama 3 abad. Di sini ada NMC Museum , yang mengumpulkan berbagai hasil galian arkeologis termasuk warisan budaya Islam.

Atau Igreja de São Roque, gereja dari abad ke-15 dengan bangunan baroque yang terletak di Lisbon. Di sini Museu de Arte Sacra (Religious Art Museum) memiliki khazanah yang kaya, termasuk warisan Islam.

Atau, lihatlah Sé Patriarcal (Patriarchal Cathedral) yang dibangun di atas reruntuhan Mesjid peninggalan abad ke-12.

Yang paling mengesankan tentu di kota kecil Sintra, 50 km dari Lisbon. Di sana ada Moorish Castle dahsyat peninggalan abad ke-9 di atas bukit, yang dipagari benteng menakutkan. Dari sini gerakan musuh di pantai Atlantik dapat dipantau. Di kaki bukit, terdapat National Palace of Sintra yang dulu pernah menjadi kediaman resmi gubernur (Wali) pada zaman Islam di abad ke-9. Di sini masih banyak ruangan yang menyimpan guratan seni gambar dan ukir peninggalan Islam.

Tidak jauh dari tempat ini terdapat Palace of Pena. Meskipun bukan dibangun di zaman Islam, tak luput, interiornya penuh dengan seni ukir dan tile peninggalan Islam. Sayang tidak diizinkan membuat foto-foto indah di dalam kastil hebat ini.




Mesjid Raya Lisbon

Jika Anda berkunjung ke kota bersejarah Lisbon, maka kurang lengkap jika tidak berkunjung ke Mesjid Raya. Saya dan Ade sempat shalat di mesjid itu. Mesjid itu bisa menampung ribuan jamaah sekaligus. Orang Portugal menyebutnya sebagai Mesquita Central de Lisboa.

Berbeda dengan kota-kota Eropa lainnya, di sini jamaah yang paling aktif adalah dari Mauritania, Guinea-Bissau dan Mozambique, dan imamnya berasal dari Angola,. Dapat dipahami, negeri-negeri ini dulu bekas jajahan Portugal dan banyak di antara jamaah yang beremigrasi ke Portugal, termasuk umat Islamnya.

Rumah Allah ini didirikan pada 1985, rancangan dibuat arsitek António Maria Braga and João Paulo Conceição, dan mesjid ini dilengkapi dengan kubah dan menara, ruangan resepsi, ruangan shalat dan auditorium.

Berapa penduduk Muslim di Portugal? Menurut statistik Portugal (1991) hanya sekitar 9 ribu, sedangkan jumlah komunitas Muslim keseluruhan kini mencapai sekitar 40 ribu, yang berdatangan dari Mauritania, Guinea-Bissau and Mozambique, dan akhir-akhir ini juga Muslim dari Anak Benua (India).

Maka, pada hari-hari lebaran Idul Fitri, maupun Idul Adha mesjid ini dipenuhi umat Islam dari berbagai penjuru. Shalat terpaksa dilakukan dalam 2 shift!

Lisbon, 5 Maret 2010

Wednesday, March 24, 2010

MARRAKESH


KEBERUNTUNGANLAH yang menghantar kami sampai ke Marokko, akhir Pebruari yang lalu. Dalam 2 kali acara diplomatik, kami mendapat durian runtuh: memenangkan door prize pada acara charity dinner, menginap gratis di Hotel Palmerie Golf Marrakesh, dan pada kesempatan berikutnya mendapat tiket gratis pesawat pp untuk 2 orang ke Portugal pada acara Tahun Baru di Kemlu. Kami tinggal membeli tiket murah dari Portugal ke Marokko, maka cuti tahunan dapat dimanfaatkan maksimal dan murah.

Atmosfer Islami begitu terasa ketika kami mendarat di Marrakech Menara Airport. Marrakech bukan sebatas tempat diselenggarakannya berbagai konperensi internasional, atau kota wisata terkenal di dunia semata. Budaya tradisional, arsitektur tua berbaur dengan modern dan budaya liberal, kulinari dan berbagai motif seni menjadi daya tarik negeri ini.

Negeri berpenduduk 32 juta ini memperoleh 20% devisa dari pariwisata. Data 2009 menunjukkan 9 juta wisatawan Eropa, Afrika dan Timur Tengah mengunjungi negeri ini.

Kesan eksotik Marokko terasa menguat ketika kami mengunjungi pasar Djemaa el Fna (mythical square) yang telah menjadi a world heritage site dan salah satu tempat yang direkomendasikan oleh berbagai penulis dan komentator yang saya baca di internet. Di sini Anda akan mendengar bunyi-buyian Berber dibarengi gendang bertalu-talu.

Tradisi tetap terjaga baik: di samping henna yang sehat, hammam atau tempat pemandian umum masih ada, tempat bergossip dan menjodohkan anak. Juga Ghossul minyak harum menebar, sabun hitam, sikat tubuh dari ekor kuda, minyak Argam dari tumbuhan yang hanya terdapat di Marokko.

Marrakech negeri eksotik berwarna-warni yang penuh misteri dan sensual, wanita bercadar maupun berpakaian modern hilir mudik di labirin pasar Kissaria maupun di butik-butik Eropa di Medina.

Marokko memiliki kota dengan ciri-khas uni-warna: di Marrakech, seluruh bangunan berwarna merah bata, Fez berwarna biru, Meknes nan hijau, ibukota Rabat memilih putih dan Casablanca yang terkenal itu berwarna-warni. Dulu saya pernah mengunjungi ibukota Rabat dan Casablanca di tahun 1990-an. Sayang, ketika itu dalam perjalanan dinas maka saya tidak bergairah mencari tahu tentang sudut-sudut unik di sana.

Hati senang menikmati matahari nan hangat tatkala salju merajalela di Eropa. Kami melihat turis-turis Eropa keranjingan menggugat tangan dan wajah dengan henna, kaya dengan makna dan ungkapan sensual Arab. Tetapi mengapa kota yang begitu eksotik ini dinamai Marrakech? Ada yang bilang menjadi sebutan awal bagi “Marokko”, tetapi secara harfiah Marrakech berarti “go away quickly”! Nanti akan saya ungkapkan rahasianya, di akhir tulisan ini.


Kota Bersejarah

Kota ini sangat erat terkait dengan eksistensi Marokko. Selama 9 abad kehidupan di sini penuh dengan kejayaan dan kemegahan, meskipun dalam beberapa episode mengalami kegelapan. Berbagai penguasa politik, lokal maupun Eropa sejak zaman dulu kala menaklukkan, menghancurkan, dan membangun kembali kota ini. Kota ini menjadi saksi sejarah yang panjang itu, dan bukan hanya menyimpan di dalam berbagai dokumentasi hidup di museum, tetapi juga di berbabai bagunan arsitektur Islam yang kental, mesjid dan menara, taman-taman kuno dengan teknologi pengairan yang menakjubkan.

Negeri berpantai di Atlantik itu disebut orang-orang Arab sebagai Al-Maghreb al-Aqsa, atau negeri matahari terbenam, yang menjadi meeting point bagi orang-orang Arab, Eropa, dan Afrika. Bahkan, orang-orang Yunani dulu kala telah memasukkan dalam peta sebagai daerah pegunungan Atlas. Terkenal sebagai bangsa gagah berani penjelajah namun ironisnya, negeri indah ini juga tidak luput dari penjajahan. Mereka terkenal dengan arsitektur, teknologi, kaya bunyi-bunyian, matematika, flavor yang merasuki semenanjung Iberia dengan semangat Andalusia dan Algavre landscape-nya. Makanya, negeri ini terkenal di dunia Eropa sebagai percampuran budaya tradisional yang kental dengan dunia modern.

Bangsa-bangsa Phoenix, Roma, Vandals, Bizantium dan Arab bercampur baur dengan etnis Berber, yang kini menghuni separuh penduduk Marokko. Bangsa Berber melahirkan dinasti di sini: Al Moravid (abad ke-11) dan Al Mohad (abad 12-13), namun kekuasaan politik akhirnya jatuh ke tangan dinasti Marinid sebelum negeri ini jatuh ke tangan Portugis. Baru setelah dinasti Saadi mengalahkan Portugis di tahun 1415 muncullah dinasti Alawi, dan pada abad ke-17 Mulah Ismail menyatukan bangsa Marokko, meskipun pada abad ke-19 negeri ini jatuh kembali ke tangan orang-orang Eropa. Marokko, sebelum merdeka 1956 adalah dari jajahan Prancis dan Spanyol, dan akhirnya dipimpin oleh Raja Muhammad V. Setelah Raja Hassan wafat, maka penguasa sekarang Muhammad VI naik tahta.


Berber

Marrakech menjadi ibukota kebanggaan etnis Berber, bangsa nomad yang terbiasa dengan kehidupan keras, karena dikelilingi lautan di barat dan sahara di timur. Pendudukan dan penguasaan oleh orang-orang Phoenix, Roma, Vandals, Bizantium dan Arab sekalipun tidak berhasil menaklukkan budaya Berber. Kota ketiga terbesar di Marokko setelah Rabat dan Casablanca ini berpenduduk 500 ribu.

Djemaa el Fna pada malam hari menjelma jadi restoran jalanan, dengan makanan khas kepala kambing berbumbu menyengat. Pada sore hari Anda akan menemui banyak atraksi musik, tarian, teater jalanan, penjinak ular maupun monyet, akrobat, pesulap, peramal nasib, dan penari Berber. Tidak jauh dari sini terdapat Al Menara Avenue, di kiri-kanan banyak taman-taman kota yang indah dan terkenal dengan system irigasi warisan abad ke-12 yang masih berfungsi.

Bangsa yang pernah menaklukkan dan berkuasa ratusan tahun di Spanyol dan Prancis memang luar biasa. Tradisi dan budayanya sangat mewarnai Marokko, penguasaan teknologinya luar biasa untuk zaman itu. Jiwa adventure dan penaklukan mereka luar biasa. Dinasti-dinasti terkemuka di Marokko berasal dari kaum Berber. Jika orang-orang Iberia menyebut mereka atau seluruh Muslim yang berasal dari Maghribi sebagai “Moorish” dan masih menyimpan peninggalan mereka di Spanyol dan Portugal, tentulah tidak mengherankan.

Kami menyempatkan pergi ke perkampungan (Kasbah) orang-orang Berber, rumah-rumah yang terbuat dari tanah-liat dan batang-batang kayu terlihat kumuh dari luar. Tetapi, adalah tradisi Berber untuk memberikan yang terbaik untuk tamu terhormat. Maka mereka selalu menyisakan satu ruangan yang terbaik di rumah, penuh dengan hiasan pernak-pernik berwarna-warni.

Orang-orang Berber adalah seniman. Maka berbagai kerajinan besi, tembaga, kulit, kayu, wool yang kita temui di Marokko adalah berasal dari karya budaya mereka. Kami sempat membeli beberapa karpet sutra yang indah, dan harganya separuh dari pasar.

Berdampingan dengan el Fna, adalah pasar pedagang berbagai rupa yang terbentuk lebih dari seribu tahun yang lalu. Pasar ini disebut “The Souks“, di mana terdapat sekitar 1000 pengrajin Berber untuk berbagai metal, keramik, kayu, dan kulit menjajakan dagangannya. Jalan kecil membelusuk ke dalam-dalam cukup menarik untuk dikunjungi.

Souk di dekat el Fna ini termasuk banyak dikunjungi wisatawan Eropa, dan untuk berbelanja berbagai benda-benda unik. Kami pun tidak lupa memberlikan Davin baju tradisional Berber, lengkap dengan topinya. Hanya, jangan lupa bernegosiasi all out untuk mendapatkan barang bagus dengan harga murah!


Drama Hollywood

Marrakech terkenal sejak dulu kala sebagai tempat singgah para pengembara dan petualang, termasuk para agen rahasia pada zaman perang Eropa, dipopulerkan oleh para artis Hollywood maupun negarawan dunia seperti Churchill. Politisi yang terkenal dengan serutunya ini bernegosiasi dengan Presiden AS Franklin Roosevelt ketika menghadiri Casablanca Conference 1943. Tempatnya adalah di Hotel Mamouna yang kaya dengan taman dan Anda bias memandang pegunungan Atlas yang ditutupi oleh es. Salju juga ada di sana, dan bahkan dengan murah meriah orang-orang berlatih ski!

Konon, sebelum Bali terkenal, Churchill berpendapat Marrakech sebagai “the best place of earth!” Reagan, DE Gaulle, Mandela, Sarkozy, Omar Shariff, Sharon Stone, Suylvester Stallone, Charlie Chaplin, Tom Cruise, Nicole Kidman, Jennifer Aniston, Rolling Stones, Elton John dan Julio Iglesias pernah bertamu di La Mamounia.

Aktor Humphrey Bogart dan aktris Ingrid Bergman memopulerkan Marrakech dalam film mereka, begitu pula penulis Amerika Paul Bowles, juga menjadikan Tangiers kota kebanggaannya. Meknes oleh Mulah Ismail dijadikan Versailles of Morocco.


Yves Saint Laurent

Salah satu obyek turis yang menarik di sini adalah Majorelle Garden yang dibangun oleh perancang Jacques Majorelle tahun 1920, taman di tengah kota yang kaya dengan koleksi bamboo raksana, papyrus, palem, cypress, bougenville, dan kaktus. Disebut juga sebagai the Blue Majorelle, dan taman ini dibeli oleh Yves Saint Lorent. Ya, dia YSL, perancang Prancis kelahiran Aljazair yang juga memiliki rumah di Tangiers, salah satu kota terkenal di Marokko, yang dinamainya Villa Mabrouka (keberuntungan). Di villanya, YSL mencerahkan fikiran, menuangkan ide-ide baru dalam karya-karya haute coutoure, sambil menikmati pemandangan dahsyat ke arah Selat Gibraltar (Djabr al Tariq). Tempat ini sangat mengesankan YSL, sehingga sesuai wasiatnya, pada saat meninggal pada tahun 2008 abunya ditebarkan di taman ini.

Di kota ini, Anda juga menemukan rumah kediaman mantan presiden Prancis Jacques Chirac, bahkan sebelum dia menjadi politisi terkemuka.
Shalat di Mesjid Koutoubia (1158)

Shalat maghrib di Mesjid Koutoubia yang menara setinggi 77 meter terlihat dari berbagai penjuru kota menjadi simbol kota. Mesjid dibangun lebih awal dan digunakan resmi mulai tahun 1158. Sedangkan menara yang juga bernama Al Koutoubia dibangun dengan seni Almohad oleh Abd al-Mumin antara 1184-1189. Di puncak menara terdapat 3 bola dunia berbalur emas yang mencerminkan iman, shalat dan berpuasa.

Mesjid ini konon salah satu terbesar dan terindah di dunia, bergaya Spanyol-Moresque (Morisko). Sayangnya mesjid lama diruntuhkan karena arah kiblat yang tidak tepat, sampai kemudian dibangun kembali pada dinasti Almohad.

Kami terpaksa menunggu menjelang maghrib untuk shalat di sana. Menurut Idder, staf KBRI Rabat berbangsa Marokko yang menemai kami selama di Marokko, Mesjid Koutoubia hanya dibuka pada waktu-waktu shalat, setelah itu dikunci. Maka, untuk menunggu waktu shalat kami menyempatkan meninjau menara di sebelahnya, yang juga menjadi landmark Marrakech.

Mesjid ini dibagi 17 gang dengan ruang yang luas sekali. Sayang sekali, tempat wudhu yang kecil jamaah terpaksa antri. Kami sendiri wudhu di luar, dibekali segayung air hangat untuk membasuh tangan, muka dan kepala seadanya. Hampir seperti tayammum. Tempat shalat pria dan wanita terpisah berjauhan, tanpa mengurangi kekhusukan beribadah.

Mesjid bersejarah lainnya adalah El Mansouriah Mosque yang berdekatan menuju ke Saadian Tombs, dan Mesjid Ibn Yusuf di tengah kawasan Medina yang dibangun oleh dinasti Almoravid.


Kulinari nan Eksotis

Salah satu daya tarik wisatawan ke Marrakech adalah kuisin yang lezat, dan murah pula. Konon kabarnya kulinari Marokko dipandang sebagai salah satu kuisin paling beragam di dunia, seperti Indonesia. Tidak heran, di negeri ini terjadi percampuran budaya ribuan tahun, antara Berber, Spanyol, Corsica, Portugis, Moor, Timur Tengah, Mediteranean dan Afrika. Aslinya, kulinari Marokko adalah Berber, ditambah hidangan Arab Andalusia yang dibawa orang-orang Morisco ketika Islam tergusur dari Spanyol, kelezatan masakan Turki dan tentunya Arab dari Timur Tengah.

Makanan Marokko boleh dikatakan bercita-rasa dan beraroma eksotik, karena kaya dengan bumbu: buah pala, kemiri, jahe, lavender, cumin dan lada. Tentu sebagian bumbu diperoleh sejak ribuan tahun lalu dari luar Marokko. Buah-buahan segar olive, orange maupun dried fruit. Jangan lupa mencoba nasi kuskus dan minum teh mint yang terkenal itu. Juga saffron, termahal di dunia ini juga terdapat di sini. Bukan saja untuk bumbu, saffron dihargai karena mengandung kesehatan sejak dulu kala. Untuk menghasilkan 1 kg saffron, diperlukan 100 ribu tangkai bunga!

Mereka pemakan daging kambing, dicampur kuskus, serta pastille, tajin dan harira. Makan yang top markotop di sini tentulah unik: kepala kambing panggang! Apapun pilihan menu Anda, jangan lupa minum teh mint khas Marokko yang dicampur dengan gula batu.


Points of Interest

Walhasil, saya berhasil menyaksikan semua tempat yang ingin saya kunjungi: Almoravid Koubba, 14 buah pintu gerbang kota berukiran seni Almoravid yang berhubungan satu dengan lainnya membentuk benteng kota lama. Pintu-pintu gerbang itu disebut “Bab“, seperti terdapat di Erraha, Agnaou; Debbagh; Doukkala; El Djedid; El-Khemis, Aylen, Aghmat, Ahmar, Ighli, Ksiba, er-Tobb, Echcharia, el-Jadid, dan el-Makhzen, masing-masing dengan fungsi dan keunikan arsitektur dan ornamen berbeda. Kami juga mengunjungi Ben El Badi Palace, Kasbah Mosque, Kontoubia Minaret dan Mosque, Majorelle Garden, Palais El Bahia, Rahba Kedima yang dulu tempat perdagangan budak, Saadian Tombs.

Untuk menyaksikan seni pertunjukan Berber, kami sempat menyaksikan pertunjukan yang disebut “Fantasia“, yang terdiri dari seni tari dan musik serta perang berber yang ditampilkan secara kolosal di pinggir kota. Sebelum pertunjukan, kami dijamu minum teh oleh pemiliknya di bawah tenda Arab.

Sayang, kami tidak punya waktu yang cukup untuk berkunjung ke museum, seperti Marrakesh Museum yang dibangun oleh Omar Benjellun, memuat berbagai koleksi masterpiece kaligrafi Islam dari abad ke- 9 s/d ke-19, keramik, permata dan hasil arkeologis berupa koin kuno dari abad ke-8 s/d ke-19, senjata, dan pakaian kuno. Juga perlu dikunjungi Dar Si Said Museum yang memiliki koleksi budaya Berber yang menarik.

Jangan lupa mengunjungi Istana Bahia, Saadi Tumuli, Museum of the Islamic Art, dan Mesjid Koutoubia. Atau mempraktikkan ilmu negosiasi, menawar harga di pasar tradisional yang berlikut-liku bak labirin, menjual berbagai souvenir dan keperluan sehari-hari di Souk. Di sini azan menggema pada waktu shalat, banyak menjual kerajinan perak, batu batuan, tembaga dan kayu, sandal, djellabas, kaftan, minyak, produk kencantikan, karpet, pot, keramik, bumbu bercampur baur dengan berbagai aroma.

Kami sempat mengunjungi Menara Pavallion karya abad ke-12, dengan kolam seluas 150 x 200 m, airnya berasal dari 350 sumur yang terdapat dipinggiran kota, dengan teknologi kuno abad 12, oleh Almohads , tetapi masih berfungsi. Pavallion ini dikelilingi kebun olive yang luas.

Sayang waktu singkat kami tidak pergi ke Atlantik, untuk melihat kota-kota pelabuhan dan nelayan Marokko yang juga banyak daerah peristirahatan. Misalnya di El Jadida, banyak peninggalan militer Portugis, atau ke Essaouira yang disebut orang Portugis sebagai Mogador, yang konon menjadi surga bagi surfers. Kota ini menjadi favorit bagi Bob Marley dan Jimi Hendrix, atau Orson Welles membuat film dengan judul Othello.

Sahara? Ya, karena di bagian barat Marokko yang berbatasan dengan Algeria terdapat sahara. Konon, indah luar biasa! Sejauh mata memandang hanya padang pasir, dan Anda bisa tidur di tenda atau di alam terbuka beratapkan rembulan dan bintang di langit yang pekat! Di sini, kehampaan dan seperti keputusasaan tetapi di sana ada sumber kehidupan yang memesona: oase, mirage. Atau untuk kontemplasi spiritual yang melahirkan ketengangan hidup, mencari makna.

Anda duduk di dunes berjam-jam, kosongkan fikiran, berzikir, dan rasakan kehebatan kehampaan yang mutlak! Jangan dipandang enteng, saya melihat koleksi teman yang pernah bertugas di Marokko yang sangat indah, atau lihat di majalah.

Menurut teman kami Hadi Sudirman dari KBRI Rabat, Sahara sebenarnya tidak terlalu jauh. Anda bisa mengambil tour dengan biaya murah untuk 3 hari perjalanan dan menginap beserta makan hanya membayar USD 200 per orang.

Mengakhiri kunjungan ke Marrakech bak menyelesaikan pengembaraan dan petualangan ke negeri eksotik. Dalam berbagai literatur maupun booklet, saya menemukan berbagai tempat-tempat hebat lainnya di Marokko. Kami akan datang lagi.

Jika Marrakech berarti “go away quickly” ternyata mereka bukan bermaksud mengusir kita, atau kota ini membosankan sehingga Anda perlu beranjak secepatnya. Di Marokko, masih banyak tempat lain yang juga unik dan tidak dapat dilewatkan, misalnya Casablanca, Fest, Rabat, Tangier, atau Agadir yang banyak peninggalan tentara Portugis. Dan bermalam di tenda di Sahara!

Go away quickly: meskipun tidak mungkin menghabiskan Marrakesh dalam 2-3 hari. Anda harus cepat-cepat menyelesaikan tour di Marrakesh, agar melihat tempat-tempat yang lebih eksotik di berbagai kota lainnya di Marokko. Maka, jangan cepat-cepat terpesona dengan Marrakech!

Marrakech, 2 Maret 2010

Tuesday, February 23, 2010

PERKAMPUNGAN MUSLIM DI SINGAPURA



TUJUAN kami keluar dari Bandara Changi Singapura dalam transit beberapa jam, selain bertemu dengan Yayan Mulyana, sahabat lama dulu di New York, ialah berziarah ke perkampungan Melayu dan Muslim yang kini dipelihara sebagai wilayah wisata. Di antara berbagai kawasan modern nan asri dan hijau atau pusat-pusat perbelanjaan di Singapura, bagi kami Kampong Glam [sering dibaca: Gelam] teramat istimewa.

Disebut Kampong Glam, karena di kawasan ini –sebelum reklamasi besar-besaran– merupakan kawasan pantai laut yang banyak tumbuh pohon kayu putih. Orang Melayu menyebut pohon yang menghasilkan minyak berkhasiat nan harum itu pohon gelam. Kawasan ini dulu berada di pinggir pantai. Strategis bagi para pedagang di Asia Tenggara, termasuk bagi para pelaut Bugis.

Karena rajin berdagang dengan orang-orang Arab dan Gujarat, maka di Kampong Glam berdiri pemukiman dan transit bagi bangsa-bangsa yang membawa Islam ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Mereka bangsa pedagang, maka di tempat itu mulai subur menjadi pusat perdagangan. Dan, nama-nama jalan pun turut menyesuaikan: Arab Street, Busorrah Street, Baghdad Street, Muscat Street. Di negara kota ini sampai sekarang tetap terpelihara Kampung Jawa, Kampung Bugis dsb.


Berdasarkan sejarah, pada tahun 1822 Raffles membuat rencana kota Singapura yang dibagi berdasarkan etnis: Eropa, dan China di kawasan tersendiri. Sedangkan orang Melayu (dari Semenanjung, Sumatera dan Riau), Bugis dan Arab ditempatkan di Kampong Glam. Belakangan orang China maupun India, karena berdagang, tertarik tinggal di sana.

Gubernur Jenderal Stamford Raffles membangun kawasan ini untuk menjadi pusat perdagangan bagi kepentingan the British East India Company, dan sebagai hasil perjanjian dengan Sultan Hussein maka didirikanlah Kampong Glam sebagai pemukiman kaum Muslim Melayu. Sultan Hussein sendiri mendirikan istananya di sana pada tahun 1819, yang kini disebut Istana Kampong Glam. Istana ini, setelah dipugar berkali-kali, sekarang menjadi Pusat Warisan Budaya Melayu, atau Malay Heritage Centre.

Kami sempat berkunjung ke kompleks yang terpelihara sebagaimana aslinya. Namun sayang, hari sudah petang Museum sudah tutup.


The Sultan Mosque
Kami menyempatkan shalat zuhur dan Asyar di Mesjid dengan arsitektur unik di Kampong Glam ini. Bagaimana sejarah berdirinya mesjid tua itu?
Alkisah, Sultan Hussein berhasil membujuk Raffles dan penguasa Inggeris ini rela membuka kocek $3000 Spanish dollar untuk membangun sejak awal mesjid ini. Karena idenya dari Sultan, maka orang Singapura menyebutnya mesjid tua itu Sultan Mosque. Maka, Denis Santry dan perusahaan Swan & MacLaren dari Inggeris ditugasi membuat rencana bangunan.

Pada saat dibangun mesjid itu cuma satu lantai. Pada tahun 1920an, masyarakat Muslim Singapura, seperti orang Jawa, Melayu, Bugis dan Arab, mengumpulkan dana untuk menjadikannya mesjid terbesar, sehingga kini mampu menampung jamaah sebanyak 5000 orang. Pembangunan mesjid itu berlangsung sampai tahun 1928.

Mesjid dan berbagai kelengkapan bangunannya bukan bergaya Melayu, karena didasarkan pada tradisi arsitektur India dan Timur Tengah.

Setiap liburan sekolah maupun akhir-pekan selalu ada kegiatan umat di sana. Apalagi pada bulan Ramadhan. Jika Anda berada di sana, akan terasa suasana keramahtamahan Melayu dan persaudaraan Muslim. Kami merasa nyaman di sini. Seakan-akan kita bukan di Singapura.

Bussorah Street adalah jalan utama menuju Mesjid. Di sekitarnya Anda akan mendengar orang-orang Singapura berbahasa Melayu. Banyak juga menjual souvenir, dan bahkan restoran Padang juga ada di sana.

Demi citra dan pariwisata, maka sejak tahun 1980 an kawasan Kampong Glam itu diproklamirkan sebagai National Heritage dan dilindungi, termasuk the Sultan Mosque, dan Istana Kampong Glam.

Singapura, 11 Februari 2010

Monday, February 22, 2010

BERZIARAH KE MESJID NIUJIE BEIJING



TIDAK banyak diketahui orang di Indonesia bahwa umat Islam di China berjumlah hampir 22 juta umat Islam, atau 1,6% dari jumlah penduduk 1,3 milyar jiwa. Bahkan ada yang mengklaim jumlahnya lebih dari 60 juta.

Umat Islam China tersebar di berbagai daerah, yang terbesar di propinsi Xinjian, Gansu, Qinghai dan Ningxia (the Quran Belt), serta di Yunnan dan Henan. Kelompok terbesar, Hui berjumlah hampir 10 juta, Uyghur 8,5 juta, Kazakh 1,3 juta, dan berbagai etnis dari Dongxiang, Kyrgyz, Salar, Tajik, Uzbek, Bonan dan Tatar.

Maka mesjid turut memainkan peranan di dalam pengembangan Islam sejak dahulu kala di China, di awal-awal masuknya Islam ke China pada abad ke-7. Menurut catatan, di seluruh China terdapat sekitar 3500 mesjid, dan terus bertambah seiring era keterbukaan.

Pada tahun 610 M Khalifah Usman mengirim utusan untuk penyebaran dakwah ke China, seorang duta besar Islam pertama di China, yang tidak lain paman Rasulullah saw sendiri Sa’ad Ibn Abi Waqqas. Selanjutnya, umat Islam memegang peranan penting di berbagai pemerintahan dan penggerak ekonomi, filosof bahkan militer. Muslim selalu dipercaya memegang jabatan tertinggi di kementerian perdagangan. Beberapa jenderal termashur di kerajaan China juga Muslim, seperti Admiral Cheng Ho (1371-1435) yang mampir di Semarang. Memang Islam tidak terlepas dari sejarah modern China.

Masa suram Islam di China terjadi pada masa Dinasti Manchu, bahkan genocide dan politik adu-dumba antar-etnis terjadi pada zaman itu. Baru setelah pemerintahan Sun Yat Sen yang mendirikan Republik China pada tahun 1912, pengakuan sama diberikan kepada semua etnis: Han, Man (Manchu), Meng (Mongol), Hui (Muslim), dan Tsang (Tibet).

Pada masa gila-gilaan pada Revolusi Kebudayaan, institusi Islam dan penduduk Muslim juga diuber-uber. Tetapi tidak separah terhadap penganut agama lainnya. Islam, karena sejarah, menjadi native di China. Karena itu, terutama sekarang, Muslim memperoleh kelonggaran.




Ketika transit di Beijing, saya dan isteri berkunjung ke rumah Mayerfas, teman yang tinggal di sana. Salah satu tujuan penting adalah berziarah ke Mesjid Niujie. Ditemani staf protokol Yulianto kami menyempatkan berziarah ke tempat bersejarah ini.

Mesjid Raya Niujie

Mesjid Niujie ini dibangun orang-orang Arab pada tahun 996, pada zaman Dinasti Liao (916-1125), namun mengalami renovasi berkali-kali yang diawali oleh Dinasti Ming pada tahun 1442 menjadi bentuk sekarang ini. Renovasi terbesar terjadi pada masa Maharaja Kangxi, pada dinasti Qing (1622-1722) dan pada abad ke-20 setelah kemerdekaan China 1949, yakni tahun 1955, 1979 dan 1996.

Menduduki area 6000 m, Mesjid Niujie terdiri dari bangunan kayu bergaya arsitektur dan gabungan seni China dan Arab.

Mesjid itu terletak di daerah pemukiman Muslim China di Cow Street. Tidak heran, di sana banyak restoran Muslim. Kami pun menikmati makan siang di salah satu restoran itu. Menurut catatan di kawasan Muslim itu terdapat sekitar 10 ribu penduduk Muslim, dari sekitar 200 ribu di seluruh Beijing.

Pada masa Revolusi Kebudayaan, mesjid dan umat Islam tidak luput menjadi sasaran Pengawal Merah, seperti dialami oleh semua agama di China. Naik haji juga dilarang. Baru setelah 1978 kelonggaran beribadah diberikan kepada umat Islam. Kini, tercatat sekitar 10 ribu jemaah dari China melaksanakan ibadah haji setiap tahun. Mesjid itu kurang lebih mampu bertahan pada Revolusi Kebudayaan yang hancur-hancuran.

Ketika kami masuk dari dari pintu gerbang Cow Street, rumah Allah ini tidak terlihat. Namun, setelah berjalan sekitar 40 meter barulah mesjid unik berbentuk simetris ini terlihat. Tadinya saya kira bangunan itu kelenteng, karena memang mirip. Di tembok menuju ke mesjid tergambar beberapa relief yang melukiskan kebahagiaan dan keberuntungan. Tentu relief tidak melukiskan hewan atau patung manusia, karena Islam melarangnya.

Di depan bangunan mesjid –dipisahkan oleh pelataran yang cukup luas— terdapat 6 menara setinggi 10 m yang disebut Menara Pemantau Bulan, karena fungsinya demikian untuk memastikan waktu berbuka puasa di bulan Ramadhan.

Salah satu bukti sejarah mesjid, maka di bagian belakang terdapat kuburan 2 imam berasal dari Persia (Iran) yang mengembangkan Islam pada abad ke-13 di China.
Di bagian luar mesjid terdapat prasasti yang menceritakan sejarah mesjid, dan tentang umat di China. Islam tidak terpisahkan dari sejarah China itu sendiri. Maka, tidak heran jika Nujie Mosque penting menjadi tujuan bagi pengunjung China.



Kami tiba menjelang maghrib. Tak lama kemudian beberapa belas jamaah mengambil wudhu dan bilal mengumandangkan azan di pelataran, di luar mesjid. Jamaah kebanyakan berpakaian jubah dan berjanggut. Mereka warga China asli. Seusai shalat, saya melihat para jemaah mendengarkan penjelasan seorang ulama atau kuliah tentang keislaman. Mereka ramah menyapa kami. Sayang, perbedaan bahasa tidak menolong untuk berdialog dengan mereka.

Interior mesjid indah, penuh dengan kaligrafi kutipan ayat-ayat Quran, diukir dalam seni lukis China yang kaya dengan warna dasar merah, putih, biru, dan hitam.
Tempat shalat wanita berada terpisah, tidak jauh dari bangunan utama. Interiornya juga sama indahnya. Seusai shalat, isteri saya Ade, mencoba untuk berkomunikasi dengan jemaah wanita, namun terhalang bahasa. Tidak urung, keramah-tamahan dan kenikmatan bersilaturahmi dengan saudara Muslim dari Indonesia memancarkan ekspresi yang hangat di wajah Muslimah China.

Beijing, 12 Februari 2010

Monday, January 25, 2010

12 JAM DI BANGKOK


TEMAN saya dulu di New York, Toro Purbo tinggal di kota ini. Dalam perjalanan pulang menghadiri Dies FH USU di Medan ke Polandia Januari yang lalu saya transit 12 jam di Bangkok. Maklum, selain bersahabat, keluarga pun saling mengenal.

Ketika saya telpon di bandara Suvarnabhumi, Toro mengingatkan selain disebut Bangkok nama resmi kota ini adalah Krung Thep Mahanakhon (กรุงเทพมหานคร) yang berarti “kota dewa-dewa”. Mau tahu nama lengkap Bangkok? Terpanjang di dunia menurut Guinnes: Krung Thep Mahanakhon Amon Rattanakosin Mahinthara Yuthaya Mahadilok Phop Noppharat Ratchathani Burirom Udomratchaniwet Mahasathan Amon Phiman Awatan Sathit Sakkathattiya Witsanukam Prasit. Artinya: Kota Malaikat, kota hebat, kota permata abadi, kota tuhan Indra, ibukota raya dunia yang dilengkapi dengan 9 permata langka, kota bahagia yang terdapat Istana Kerajaan yang menyerupai nirwana di mana bertahta tuhan yang bereinkarnasi, kota yang dipersembahkan tuhan Indra dan dibangun oleh Wishnukarma. Hebat nian!

Nama resmi ini susah dihapal, makanya dunia tetap mempertahankan nama Bangkok, walaupun arti sebenarnya menunjuk pada wilayah di sebelah barat sungai di kota itu. Mengapa disebut Bangkok? Bang nama wilayah di pinggir sungai, sedangkan Kok nama pohon berbuah seperti olive. Begitu katanya.

Ibukota Siam ini terletak di mulut sungai Chao Phraya (372 km) dan memperoleh status pada tahun 1768, ketika zaman Kerajaan Ayutthaya (1350 - 1767) dikalahkan Kerajaan Burma di tahun 1767. Penguasa baru, Raja Taksin lah menjadikan Bangkok ibukota negeri.

Lokasi strategis Thailand menjadikan negeri ini penting bagi kolonial Eropa dan dipelihara netralitasnya sehingga dalam 200 tahun menjadi kota berpengaruh di Indochina maupun Asia Tenggara. Bahkan pada zaman Perang Vietnam. Sebelum krismon, Bangkok dijadikan headquarters bagi MNCs, dan menjadi kota termahal di Asia Tenggara setelah Singapura.

One Night in Bangkok?

Tidak cukup! Bangkok yang seluas 1568 km2 (hampir 3 kali Jakarta: 661 km2!) dengan jumlah penduduk 6,5 juta (Jakarta: 8,5 juta) memang kota wisata. Bila digabung dengan kota-kota satelit di sekitarnya maka penduduk Bankok mencapai hampir 12 juta. Penduduk Thailand keseluruhan sekitar 66 juta (2009). Jakarta jelas lebih tua, didirikan pada abad ke-4, dulu kota tercinta kita ini ibukota kerajaan Sunda yang disebut sebagai Sunda Kelapa (397–1527), lalu statusnya diteruskan oleh Dutch East Indies, kemudian disebut Jayakarta (1527–1619), Batavia (1619–1942), dan Jakarta (mulai tahun 1942).

Bangkok terkenal sebagai kota dengan banyak delta, kanal, sungai dan tanah datar di sekitar Bangkok, sehingga disebut the "Venice of the East". Karena tingginya cuma 2 m dari permukaan laut, maka kota ini sering terancam banjir. Apalagi karena menempati tanah yang lembab, kota ini setiap tahunnya turun 2 inci! Agar tidak tenggelam, maka dibangun sejumlah benteng di pinggir sungai dan laut.

Kota ini dulu terkenal dengan traffic jam, dan gas-buang yang tinggi mencekik. Dulu ketika diundang menjadi pembicara pada suatu konperensi internasional pada tahun 1999 saya merasakan gas-buang yang mencekik setiba di Don Muang, bandara lama, yang carut-marut seperti pasar Tanah Abang. Itu dulu.

Sekarang berbeda. Karena banyak jalan raya bertingkat dan persimpangan dibangun, dilengkapi dengan berbagai jalan kereta api, termasuk subway, beban kota, termasuk carbon-monoxide jauh berkurang dan udaranya pun OK.

Dalam waktu 5-tahun, Bangkok berbenah sistem transportasi kota. Kini ada 4 jalur cepat yang dilayani oleh moda angkutan BTS, MRT (subway, sejak 2004), dan SRT di permukaan maupun bawah tanah. Ada 4 jalur lagi sedang dibangun dan selesai pada tahun 2020. Sistem ini menjadi bagian dari moda transportasi lengkap, termasuk bis sungai yang menjadi bagian dari bis kota maupun subway. Tarifnya beragam. Tetapi, dengan tarif 7 baht (Rp. 1925) Anda dapat mencapai penjuru kota. Tentu tersedia pula alat transportasi yang lebih nyaman dengan AC, dengan biaya 11-24 baht (Rp. 3000 – 6600).

Bukan main.


Pariwisata: 3 kali Indonesia!

Bangkok dikunjungi 11 juta (total Thailand 14,4 juta/tahun) wisatawan asing, mengimbangi Paris dan London. Bandingkan Indonesia dengan segala macam keindahan alam dan budaya hanya mampu menjaring wisman sebanyak 5,5 juta saja! Pariwisata menyumbang share GDP Thailand sebesar 5%. Luar biasa.

Apa rahasianya? Transit 12 jam tentu bukan waktu yang cukup untuk melakukan investigasi. Idealnya tentu seminggu berkunjung ke berbagai tempat di seluruh pelosok negeri. Idealnya, jika banyak waktu saya ingin membuat foto-foto di berbagai obyek wisata di kota ini.

Karena itu, saya hanya memusatkan diri pada tempat terpenting saja, seperti The Grand Palace dan city-tour terbatas. Tetapi, Bangkok memang menyenangkan bagi pengunjung semua umur. Mau wisata agama (Buddha) atau sejarah, wisata alam, kuliner, atraksi, atau belanja? Memang mereka siap: aman, nyaman, harga reasonable (tergantung kantong), dan atraksi budaya maupun keindahan yang impresif! Strategi pemasaran wisata Thai juga efektif, karena tidak dilakukan oleh para birokrat tetapi professional yang dibayar khusus. Tidak seperti kita. Kita memang harus banyak belajar (bukan studi banding!) dengan Thailand.

Maka, saya mengunjugi The Grand Palace, pusat wisata religi yang memiliki ribuan kuil yang bersejarah, dan sisanya beberapa obyek saja. Kompleks ini menjadi landmark kota, yang dikelilingi oleh tembok putih, di lokasi sekitar 1,5 m2. Di dalamnya ada Royal Chapel, Royal Collection of Weapons, dan Coin Pavillion, serta berbagai museum. Di samping Grand Palace, silahkan datang ke Wat Pra Kaeo yang dibangun pada tahun 1782. Di sini terdapat The Emerald Buddha di altar setinggi 11 meter, dihiasi 9 (angka sakti) payung.

Tempat menarik lainnya adalah The Temple of the Reclining Buddha atau Wat Pho, landmark lainnya di Bangkok, daerah yang banyak seniman memamerkan karyanya; Wat Arun (Temple of the Dawn) yang juga menjadi landmark, kuil kuno yang prima dibangun di ibukota kuno kerajaan Ayutthaya, dan disempurnakan pada zaman KIng Rama IV; The Golden Mount atau Phukhao Thong, dibangun setinggi 100 m pada landasan bergaris-tengah 500 m pada zaman King Rama III dan diselesaikan oleh King Rama IV. Relik Buddha yang terdapat di sini dipasang pada tahun 1977; Wat Ratchanaddaram, kuil yang dibangun oleh King Rama III pada tahun 1846. Di sini terdapat bangunan kuil "Loha Prasat" pusat pengajaran agama Buddha dulu, dan unik karena terdapat Sukhothai Traimit Golden Buddha, patung terbesar di dunia yang berusia lebih dari 700 tahun dengan berat kl. 5 ton emas murni! Atau, silahkan berkunjung ke Luang Phor To, terdapat patung Buddha setinggi 32 m, lebar 11 m, yang dibangun pada tahun 1869 pada zaman King Rama IV.

Obyek-Obyek Lainnya

Obyek-obyek menarik lainnya adalah Chao Phraya River Trip, bisa digabung dengan makan siang atau malam, menumpang boat kecil membelusuk ke kanal-kanal kota yang banyak dihiasi dengan kuil-kuil, rumah kuno, atau berkunjung ke ‘floating market’ di Bangsai, Taling Chan, termasuk Thonburi Snake Farm yang menjual ular, buaya dan berbagai jenis burung. Sayang, saya perlu datang pada dinihari untuk menyaksikan transaksi penjual dan pembeli di atas sungai. Unik.

Patpong Night Bazaar menjadi tempat yang notorious, semacam red-light untuk para hidung-belang. Di malam hari jalan ini diubah menjadi pasar kaget, kata teman saya, Toro. Patpong dulu pada zaman Perang Vietnam menjadi tempat santai perajurit GI dari AS. Tadinya saya bermaksud buat foto, karena membayangkan tempat ini seperti Broadway di New York, namun urung karena agak seram juga. Daerah ini bukan untuk turis fotografer seperti saya. Saya juga tidak berminat membeli barang-barang bajakan dari berbagai merk terkenal.

Jika senang dengan sejarah, Anda dapat pula berkunjung ke Vimanmek Palace (Cloud Mansion) yang unik karena seluruh bangunan istana terbuat dari kayu, warisan zaman King Rama V (King Chulalongkorn), yang dipindahkan dari tempat aslinya pada tahun 1901; Suan Pakkad Palace yang menjadi kediaman resmi Princess Chumbhot of Nagara Svarga, kolektor barang seni dan tanaman termashur di Thailand. Di sini terdapat rumah-rumah tradisional, barang antik, kristal, vas, benda tembaga dan benda-benda pra-sejarah arkeologis; atau ke Jim Thompson's House, rumah tradisional Thai kediaman mantan anggota US Office of Strategic Services (OSS) yang datang pada saat PD II. Dia dikenal bukan sebagai militer, tetapi tokoh yang membangun industry sutera Thailand. Tragis, Thompson hilang di hutan belantara Cameron Highlands di Malaysia pada tahun 1967. Di sini banyak koleksi barang antik dan seni dari berbagai negeri Asia Tenggara.

Jika senang wisata alam, boleh dipertimbangkan mengunjungi King Rama IX Royal Park yang terletak di sekitar area 200 ha, dibangun tahun 1987 untuk memperingati ultah ke-60 King Rama IX's (raja sekarang), yang merupakan botanical garden dan tentu saja banyak bunga dari berbagai jenis; atau Queen Sirikit Park (Chatuchak) yang banyak pohon dan bunga-bunga yang indah. Bangunan marmer bergaya Italia di sini dibangun pada tahun 1907 oleh King Chulalongkorn yang kemudian dijadikan gedung parlemen (lama); ke Lumpini Park, di lokasi seluas setengak km2, banyak danau-danau buatan dan tempat bersepeda, di depannya terdapat monumen King Rama VI yang dibangun tahun 1941; maupun dengan anak-anak/keluarga berkunjung ke Dusit Zoo (Khao Din) di dekat gedung parlemen (lama), kebun binatang dengan koleksi berbagai hewan, dihiasi dengan danau dan pepohonan yang hijau serta bunga-bunga yang indah.

Untuk city-tour, Chinatown yang berdiri sejak tahun 1780, yang sebelumnya berada di gedung parlemen (baru) sekarang cukup menarik, atau jika senang berbelanja pergilah ke Siam Square daerah belanja dan bioskop, atau Bagi anak muda, silahkan berkunjung ke Royal City Avenue yang banyak pusat entertainment pub, bar, disco dsb.

Jadi tidak heran jika Bangkok berhasil mendatangkan 11 juta wisatawan setiap tahun. Saya mencoba menghitung, berapa banyak devisa diterima. Jika 80% devisa masuk dari sektor pariwisata masuk ke kantong rakyat pelaku UKM, maka wajar jika pendapatan per kapita Bangkok mencapai USD. 14.000 (2009).



Ujung-ujungnya saya berterimakasih kepada Toro, yang rela menemani saya beberapa jam di Bangkok untuk membuat catatan untuk direnungkan ini.

Foto-foto yang lebih lengkap saya upload di Facebook.

Bangkok, 18 Januari 2010

Monday, December 28, 2009

Andrzej Wawrzyniak: Duta Indonesia di Polandia


"SAYA akan berangkat bulan Desember ini ke Indonesia, tanah air saya yang kedua. Saya sangat merindukan teman-teman lama, dan tentu berbagai jenis kuisinnya. Rindu ini saya pendam sudah 2 tahun, biasanya saya pulang ke Indonesia setiap tahun," ucap Andrzej "Nusantara" Wawrzyniak (baca: Andzei Vavziniak), Direktur Museum Asia Pasifik yang fasih berbahasa Indonesia. Meskipun telah berusia 78 tahun, Bapak Andrzej tetap aktif dalam berbagai acara diplomatic circles di Warsawa.

Kami terakhir kali bertemu pada penghujung November yang lalu, ketika Paman Andrzej mengundang saya untuk makan siang di suatu restoran masakan Polandia, di pojok kota Warsawa. Pada saat itu dia tampil berjas rapi, katanya dia bersiap-siap untuk berangkat pada bulan Desember ke Indonesia untuk beberapa bulan. Biasanya, kemana-mana dia tampil berbaju batik atau songket.

"Saya khawatir, ketika saya kembali dari Indonesia nanti tahun depan Anda sudah menyelesaikan mandat di Polandia dan pulang ke tanah air," katanya. Saya memang telah bertugas selama lebih dari 3 tahun di Polandia, waktu untuk bersiap-siap untuk berpamitan.



Sesekali, di kala senggang saya suka mampir ke kantornya. Di tempat itu, dia selalu menjamu saya makan siang yang ditutup dengan minum kopi "Luwak" kegemarannya. Katanya, kopi luwak ini beraroma terbaik dan termahal di dunia.

Belakangan ini saya jarang datang, karena hingar-bingar pembangunan kantor dan kondominium mewah "Pacific Plaza" di sebelah kantornya agak mengganggu.

Tetapi dia bangga, karena sebagian ruangan yang cukup luas di Pacific Plaza itu akan dijadikan museum yang akan menyimpan puluhan ribu koleksi benda budaya etnis Museum Asia dan Pasifik, yang saat ini terserak-serak di berbagai cabang museum.

Paman Andrzej, begitu dia lazim disapa oleh semua orang Indonesia yang berada di Polandia, adalah duta seumur hidup Indonesia di Polandia, karena sangat aktif mempromosikan Indonesia melalui setiap tahunnya puluhan kegiatan pameran, pergelaran budaya yang dikelola oleh Museum Asia Pasifik atau menjadi sponsor penerbitan sejumlah buku-buku tentang Indonesia.

Nama "Nusantara" itu tidak lain adalah pemberian dari Bung Karno, karena dia menjadi pengunjung setia di Istana Negara dan mengenal Megawati Soekarnoputri, yang kemudian menjadi presiden dan berkunjung ke Polandia pada tahun 2003, sejak gadis remaja. Ibu Megawati pada saat kunjungan di Warsawa itu, menurut Andrzej Wawrzyniak mengingatnya dengan baik dan tetap memanggilnya "Paman Andrzej".

Karena peran aktifnya dalam mempromosikan Indonesia, maka saya suka bercanda dengan teman-teman di kalangan diplomatik dengan memperkenalkan Paman Andrzej sebagai "the permanent Indonesian Ambassador in Poland", sementara saya sendiri adalah "temporary Ambassador", karena mandat penugasan sekitar 3 tahun.


Andrzej Nusantara memang tokoh istimewa. Pada saat saya akan berangkat menuju tugas baru di Warsawa pada bulan November 2006 yang lalu, tidak kurang tokoh terkenal Alm Ali Alatas menitip salam untuk Paman Andrzej. Banyak diplomat senior dan politisi lama Indonesia yang menjadi sahabatnya.

Pada saat artikel ini ditulis, Paman Andrzej sudah berada di Indonesia atas undangan Dubes Republik Polandia untuk Republik Indonesia di Jakarta, Tomasz Lukaszuk.

Sudah barang tentu, Paman Andrzej yang bertubuh tinggi besar ini sedang memperbarui persahabatan dengan berbagai tokoh-tokoh nasional sejak zaman Bung Karno, pada saat saya masih bercelana pendek di bangku Sekolah Rakyat (SR). Dan, tentu Paman Andrzej sedang menikmati sate Senayan, makanan favoritnya.

"Saya sangat bergembira untuk `pulang' ke Indonesia, bukan karena akan bertemu dengan kawan-kawan lama saja. Tetapi muhibbah ini juga menjadi reuni keluarga kami di akhir tahun, anak lelaki saya yang lahir di Jakarta dan kini menjadi dosen di Timur Tengah dan keluarganya akan bergabung," katanya sambil menghirup tembakau pipa.


Pencinta Indonesia Sepanjang Zaman

Andrzej Wawrzyniak aslinya seorang pelaut yang terdampar menjadi diplomat. Penugasannya di Indonesia, dan kedekatannya dengan Bung Karno, menjadikan negeri itu sangat istimewa baginya. Di Indonesia kegemarannya terhadap barang-barang etnis tumbuh.

Dia lahir 3 Desember 1931 di Warsawa. Sejak usia 16 tahun dia menjadi anak-kapal pada kapal "Dar Pomorza" yang pada tahun 1935 pernah mampir di Indonesia di zaman kolonial, sampai diangkat menjadi pelaut pada kapal dagang. Dia menyelesaikan Sekolah Dinas Luar Negeri di Warsawa dan pada tahun 1956 menjadi pegawai Kementerian Luar Negeri Warsawa, dan selanjutnya menyelesaikan gelar doktor pada Social Sciences School di Warsawa.

Tidak hanya bertugas di Indonesia selama 10 tahun (1961-1971), Paman Andrzej juga pernah bertugas di Vietnam, Nepal dan Namibia, sebagai pengamat PBB, kemudian di Afghanistan (1990-1993), Bosnia Herzegovina (1996) dan Timor Timur (1999).

Pada masa penugasan selama lebih dari 25 tahun di Asia, dia rajin mengumpulkan koleksi dari berbagai benda-benda etnografis dan budaya dari berbagai negara itu. Tidak heran, pada suatu saat Paman Andrzej dan Museumnya menyelenggarakan pameran sangkar burung, topeng-topeng Jawa, ukiran dan benda etnografis Papua, lukisan Bali, kain songket, dan sebagainya.

Sekitar 3000 jenis benda budaya etnis dari Nusantara, sebagai hasil penugasannya sekitar 10 tahun di Indonesia, disumbangkannya kepada Museum Kepulauan Nusantara, yang di kemudian hari berkembang menjadi Museum Asia dan Pasifik pada tahun 1976. Di sinilah awal dirinya menjadi kolektor berbagai benda budaya. Oleh karena waktu penugasan yang cukup panjang dan sahabat-sahabat yang meluas di Indonesia maka Indonesia menjadi negeri yang sangat dicintainya.

Kini museumnya memiliki sekitar 20 ribu jenis koleksi dari berbagai budaya Asia, Australia dan Pasifik. Tidak heran, dia akhirnya diangkat oleh Pemerintah Polandia menjadi direktur seumur hidup di Museum Asia dan Pasifik itu.

Seluruh koleksi itu diharapkannya akan digelar di tempat baru yang bergengsi Pacific Plaza yang akan diresmikan pada tahun 2010.


Penerima Sejumlah Tanda-Jasa

Keistimewaan tokoh yang menjadi duta abadi Indonesia di Polandia ini tercermin dari sejumlah tanda-jasa, medali dan penghargaan yang diterimanya.

Atas jasa-jasanya membina hubungan Polandia dengan kawasan Asia dan Pasifik itulah, Paman Andrzej dianugerahi berbagai medali kehormatan, antara lain, Millennium of Poland Decoration atas pengakuan terhadap kegiatan sosial (1966), Chevalier's Cross of the Order of Polonia Restituta (1967), Merit of "The Keeper of National Remembrance" (1971), Special Prize of the Minister of Culture sebagai kolektor dan direktur museum (1975), Honorary Merit "Distinguished Official of the Foreign Service" dari Menlu Polandia (1978), Medali dari President of of the State Council pada Ultah ke-40 People's Republic of Poland (1984), Commander's Cross of the Order of Polonia Restituta with Star sebagai pengakuan atas komitmen tinggi dalam memopulerkan warisan budaya Asia dan Pasifik (2003), serta tanda-kehormatan dari Pemerintah Afghanistan, Vietnam, Laos, dan Mongolia.

Dari Pemerintah Republik Indonesia Andrzej Wawrzyniak memperoleh tanda-kehormatan, antara lain, Piagam dari Menlu RI sebagai pengakuan atas komitmennya untuk memajukan budaya Indonesia di Polandia (1990), dan Indonesian Order of Service with Star sebagai pengakuan atas komitmen tinggi dan kegiatan dalam memperkokoh persahabatan Indonesia dan Polandia (1998).

COPYRIGHT © 2009
Antara News

Friday, December 18, 2009

ESPERANTO




PEKAN lalu, 2000 orang dari 63 negara ambil bagian dalam 94th World Esperanto Congres yang berakhir Sabtu (1/8) di Byalistok, di timurlaut Polandia.

Byalistok, kota kelahiran pencipta bahasa dunia Esperanto seorang ahli mata Polandia, Ludwik Zamenhof, kali ini dipilih menjadi tuan rumah kongres dunia tahun 2009, sekaligus memperingati hari kelahiran sang jenius yang ke-150 tahun.

Melalui bahasa internasional ciptaannya, Zamenhof telah menciptakan instrumen khusus untuk komunikasi internasional yang netral, demikian resolusi dihasilkan oleh kongres itu.

Para peserta kongres menyatakan Zamenhof wajar mendapat perhatian khusus tidak saja sebagai penciptanya tetapi sebagai seorang yang berjuang untuk terciptanya persaudaraan tulus sesama rakyat di dunia yang didasarkan pada pengertian timbal-balik sepenuhnya.

Zamenhof juga berupaya untuk menghapuskan kebencian yang mungkin timbul karena perbedaan agama dan prasangka rasial serta penolakan terhadap perang sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.

Mengapa Esperanto?

Pertanyaan ini membawa ingatan saya dalam kunjungan terakhir ke Byalistok pada akhir Mei 2009 yang lalu.

Meskipun masih beberapa bulan, tetapi suasana persiapan perhelatan sudah terasa. Maklum, Byalistok selama 25 Juli sampai 1 Agustus akan menjamu ribuan pengguna Esperanto dalam kongres se dunia ke-94.

Saya ingin menemukan jejak-jejak peninggalan sejarah masa lalu di kota yang agak lengang ini pada saat memenuhi undangan teman baik saya, Bapak Tomasz Miskiewicz, yang menjadi Mufti Polandia yang berkedudukan di Byalistok.

Kebetulan, saat itu saya diundang kali ini dalam rangka peringatan terbentuknya pemukiman Muslim Tartar sejak 330 tahun yang lalu.

Berbekal sedikit informasi tentang Esperanto saya bermaksud melihat pusat kota tua. Kota tua merupakan ciri-khas penting di Polandia. Di mana-mana di berbagai kota di Polandia saya selalu menyempatkan menghabiskan 1-2 jam untuk membuat foto-foto, maupun sekadar mengobrol dengan teman sambil minum kopi.

“Saluton, mi nomias Haz Pohan, Kiel vi nomias?” Saya mencoba mempraktekkan bahasa Esperanto terbatas kepada seorang pria di taman kota Byalistok.

Pria yang duduk di taman itu menjawab: ”Saluton, mi nomias Maciej”. Saya lalu berbicara dalam bahasa Rusia menanyakan di mana letak tugu Zamenhof, orang jenius dunia kelahiran kota itu, Byalistok.

”Mi ne komprenas”, ujarnya. Dia mengatakan bukannya tidak paham bahasa Rusia, tetapi meskipun kota Byalistok lebih dekat ke perbatasan menuju Belarus yang berbahasa Rusia tetapi dia lebih suka berbahasa Inggeris. Atau Esperanto!

Kedengaran aneh? Bahasa tadi yang saya gunakan adalah Esperanto, atau bahasa dunia yang diciptakan pada tahun 1887 oleh Dr Lazar Ludwig Zamenhof (1859-1917), seorang dokter mata jenius Polandia keturunan Yahudi.

Saya katakan pada Bapak Maciej, pria di taman itu, saya ingin berziarah ke tugu pencipta Esperanto itu. Lalu, dia menunjukkan ke suatu arah dan menuliskan nama jalan. “Use your GPS, than you’ll find the tombs right in the small park at your right side!”, katanya, sambil menuliskan alamat di kertas kecil.

Saya menerima catatan itu, dan mengucapkan “Dankon”, atau terima kasih dalam bahasa Esperanto. Dia membalas: “No dankinde”, atau terima kasih kembali. Saya pun beranjak meninggalkan Pak Maciej. Kami mengawali dan menutup pembicaraan dengan bahasa Esperanto.





Siapa Dr. Zamenhof?

Di taman kecil yang ditunjukkan arahnya oleh Pak Maciej hanya ada patung setengah badan. Sederhana saja. Tetapi tokoh menarik perhatian saya.

Byalistok bukan sekadar kota di mana Zamenhof nompang lahir. Dia juga tumbuh dengan latarbelakang multi-etnis sejak zaman dulu kala, dan dikenal toleran.

Dulu Byalistok memiliki latarbelakang etnis beragam, Polandia, Rusia, Jerman dan Yahudi, di samping Muslim Tartar yang berjumlah sekitar 5000 orang. Sebagai kota multi-etnis, di mana pun, ketegangan etnis dan antagonisme selalu terjadi. Salah satunya adalah tentu salah pengertian, karena menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Ini yang menjadi insiprasi Zamenhof untuk menelurkan idenya.

Dia menuliskan pengalaman batinnya dalam sebuah surat kepada temannya, Nikolai Borovko, kurang lebih:

Tempat kelahiran dan di mana saya menghabiskan masa kanak-kanak memberi arah perjuangan saya ke depan. Dulu di Byalistok warg kota tersekat-sekat oleh pemisahan 4 etnis, Rusia, Polandia, Jerman dan Yahudi, masing-masing menggunakan bahasanya sendiri dan memandang pihak lainnya sebagai musuh. Di kota ini, perbedaan bahasa yang mendasari pengelompokan keluarga manusia dalam ketegangan etnis menjadi sensitivi dan mencekam.

Saya terlahir idealis, diajarkan bahwa semua manusia adalah saudara, tetapi di luar rumah tidak ada persaudaraan. Yang ada hanya kelompok etnis Rusia, Polandia, Jerman dan Yahudi. Ini menyiksa masa kanak-kanakku, meskipun banyak juga orang memberi senyuman padaku. Maka, sejak saat itu saya berjanji akan menghancurkan kejahatan ini.


Esperanto pun lahir pada akhir tahun 1870-an, ketika Bialystok masih menjadi bagian dari Kerajaan Rusia. Zamenhof ingin menyumbang untuk terciptanya harmoni dalam pergaulan sosial sehari-hari kota multietnis itu.

Polandia adalah negeri yang terjepit di antara Jerman dan Rusia, maka sarat dengan sejarah. Tidak kurang, bangsa-bangsa dari utara maupun selatan juga turut ambil-bagian memerintah di sini. Negeri ini pernah hilang dari peta politik Eropa selama 123 tahun, karena 3 kali dibagi habis (partition) oleh pendudukan berbagai bangsa-bangsa di sekitarnya.

Makanya, seorang sejarawan berkebangsaan Inggeris bernama Norman Davies, menulis negeri ini dalam bukunya yang terkenal sebagai: God’s Playground (1979). Buku ini mengungkapkan apa yang dialami oleh orang-orang Polandia dalam sejarah seribu tahun di masa lalu.

Tidak urung, geser-menggeser perbatasan negara selalu menimbulkan konflik horizontal di antara masyarakat yang sudah ratusan tahun berbaur. Di kota Byalistok yang multikultural, bahasa dan agama juga terbelah-belah, dan ini mengganggu harmoni. Ini yang menjadi latar-belakang lahirnya bahasa Esperanto di kota ini.



94th World Congress of Esperanto

Pekan lalu, di kota ini pekan kemarin berlangsung perhelatan 94th World Congress of Esperanto (Esperanto: Universala Kongreso), sekaligus peringatan ultah ke-150 tahun kelahiran L.L.Zamenhof.

Dalam percakapan saya dengan Pan Maciej di bulan Mei itu, kami sempat berbincang-bincang mengenai hari penting tentang Esperanto. Katanya, populasi pengguna bahasa Esperanto kian meningkat, dan bahasa itupun kian berkembang.

Di samping keuntungan untuk berkomunikasi dengan siapapun dari penjuru dunia, Esperanto mengungguli bahasa-bahasa dunia lainnya karena dapat dipelajari 10 kali lebih cepat!

Bahasa Esperanto dibentuk dengan dasar tata bahasa yang dipunyai oleh bahasa-bahasa dunia lainnya. Yang penting, tidak rumit, gampang membacanya dan menghapalnya. Dan tentu, enak didengar. Bacalah seperti apa yang tertulis. Dan, dengan menggunakan bahasa ini Anda dijamin kedengaran agak ilmiah!

Bahasa ini menjadi cepat popular di dunia, dan berhasil menerbitkan majalah pertama pada tanggal1 September 1889, yang kemudian pada tahun 1954 mendapat pengakuan UNESCO.

Katanya lagi, dengan Esperanto maka Anda akan berteman dengan orang-orang dari seluruh dunia dan dengan latar-belakang perbedaan budaya apapun. Tidak usah khawatir, pengguna bahasa unik ini terdapat di seluruh dunia. Esperanto mengeluarkan Buku Saku, yang disebut “Pasporta Servo”
Buku Saku itu (http://www.tejo.org/ps) memuat sekitar 1000 alamat Esperantists, atau orang-orang pengguna bahasa Esperanto, di lebih dari 80 negara.

Mereka juga dengan senang hati menerima Anda menjadi tamu, tanpa membayar akomodasi! Solidaritas yang cukup tinggi, di tengah-tengah langkanya orang yang peduli kepada tetangganya sekarang ini.

Apa tujuan Esperanto?

Para Esperantists percaya, dengan menggunakan satu bahasa yang dimengerti bersama, maka akan tercipta perdamaian dunia. Memang, adakalanya bahasa yang menjadi symbol chauvinisme menimbulkan arogansi yang kurang berkenan di hati orang lain.

Esperanto tidak mengklaim keunggulan Chauvinisme itu, dan bukan bertujuan akan menghapuskan bahasa-bahasa dunia. Tetapi, dia lahir untuk menciptakan kesamaan, sama rata dan sama rasa. Katanya, jika kita menjadi komunitas salah suatu bahasa internasional, maka bangsa pemilik bahasa itu akan menganggap kita berada di bawah ‘pengaruh’ budaya mereka. Orang-orang Esperanto menyebut ini sebagai“language imperialism”.

Esperanto tidak untuk menghapus bahasa ibu. Tujuannya adalah menjadikan Esperanto sebagai bahasa kedua bagi siapapun.

Esperanto memiliki markas besar sejak tahun 1955 di Roterdam, yang disebut Universala Esperanto Asocio [World Esperanto Association] yang berdiri sejak tahun 1908 dan baru memperingati keberadaan seabad pada tahun 2008 yang lalu. Di Rotterdam pada saat itu juga diselenggarakan kongres, dengan berbagai kegiatan linguistik.

Kongres itu sendiri baru dimulai pada tahun 1905 yang berlangsung setiap tahun, kecuali pada saat dua kali perang dunia (1915 dan 1945). Sebelumnya, kongres pernah diselenggarakan di berbagai kota di Inggeris, tahun 1907 (Cambridge), 1926 (Edinburgh), 1930 (Oxford), 1938 (London), 1949 (Bournemouth), 1961 (Harrogate), 1971 (London), 1989 (Brighton), dan, tahun 2009 ini di Byalistok.

Seperti pada pekan lalu di Byalistok, kongres diisi dengan berbagai kegiatan, seperti percakapan, kuliah, konser, drama, dan wisata yang seluruhnya menggunakan bahasa Esperanto.

Seperti percakapan saya dengan Pan Maciej tadi, memang terasa nyaman berbicara langsung dengan orang dari seluruh dunia tanpa kewajiban kita untuk mempelajari bahasa mereka. Jadi, Esperanto lebih dirasakan manfaatnya untuk pergaulan. Dan, dunia pun menjadi damai, begitulah harapan kaum Esperantis.

Meskipun para pengguna bahasa Esperanto akrab satu dengan lainnya tanpa basa-basi, tetapi saya tidak menganjurkan Anda menyapa seorang gadis di sana dan mengatakan: “Mi amas vin“, yang artinya “I love you“.

Gadis itu tetap seorang manusia dengan perasaannya, dan kultur pun memainkan peranan di sini. Saya tidak menjamin Anda berhasil!

Warsawa, 3 Agustus 2009