INDONESIA ingin memusatkan kepemimpinannya dalam kedudukan Ketua ASEAN 2011 ke dalam 3 tingkat aktifitas: memantapkan terbentuknya ASEAN Community 2015; mendorong pembentukan arsitektur kawasan via East Asian Summit, dan menghadirkan peranan ASEAN pada tingkat global.
Ketiga misi itu masih berkisar pada government-led activities: melanjutkan pemantapan organisasi dan tata-kerja, membentuk kerangka kebijakan, dan mempersiapkan perangkat norma serta institusi yang mendukung kebijakan.
Ibarat membangun rumah, ASEAN ingin mengerjakan konstruksi, exterior dan interiornya sekaligus.
Sejak pengesahan Piagam ASEAN (Charter) pada akhir 2008, para pempimpin ASEAN telah menyadari waktu telah tiba untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang berjumlah sekitar 500 juta, dan separuhnya berada di Indonesia.
ASEAN ingin agar masyarakat di 10 negara anggotanya memiliki ownership sekaligus menjadi penggerak utama (people driven) bagi organisasi sub-regional itu.
Inilah yang mendasari mengapa program sosialisasi ASEAN gencar dilakukan oleh Kemlu di berbagai tempat di tanah air. Saya beruntung dilibatkan dalam kegiatan sosialisasi ini.
Memang sepanjang 30 tahun berdinas di Kemlu saya tidak mendapat kesempatan berhubungan langsung dengan soal-soal ASEAN. Sosialisasi menjadi sarana.
Dalam setiap pertemuan, selalu hadir pejabat daerah, pengusaha, kalangan perguruan tinggi dan lembaga kajian, media dan LSM. Segmen masyarakat yang juga dilibatkan Kemlu adalah para bloggers di daerah. Para bloggers, di era IT dapat bermanfaat untuk membantu sosialisasi sekaligus menjadikan mereka agent of change.
Inti dari sosialisasi ASEAN adalah tentang pemahaman mengenai ASEAN, cara-bekerja dan program yang sedang digalakkannya. Kemlu ingin menjadikan ASEAN milik masyarakat, dirasakan manfaatnya, mendapat dukungan dan dimanfaatkan sebagai center aktifitas keseharian yang akan membantu pemerkuatan integrasi negara-negara di kawasan dalam kesatuan politik dan keamanan; ekonomi, dan sosial budaya.
Upaya sosialisasi juga gencar dilakukan pemerintah di negara-negara anggota ASEAN lainnya, juga dimaksudkan untuk menjangkau semua lapisan masyarakatnya. Kegiatan sosialisasi ini searah dengan motto ASEAN: One Identity, One Community.
Sosialisasi ASEAN
TIDAKLAH mudah untuk menjelaskan sejarah tumbuhnya ASEAN yang lahir pada masa Perang Dingin dan berakhirnya konfrontasi sampai mencapai pada bentuknya yang sekarang. Tidak saja aspek kesejarahan yang menggambarkan raison d’etre, mengapa para pemimpin pendiri ASEAN menggagas ide organisasi regional pada situasi yang belum kondusif seperti sekarang di era globalisasi.
Sejak pengesahan dan pemberlakuan ASEAN Charter, organisasi ini telah berubah dari gerakan elitis yang lebih banyak dilakukan oleh pemerintah, menjadi entitas hukum yang semua produk keputusannya didasarkan pada hukum, termasuk dalam penyelesaian sengketa, menjadi gerakan yang melibatkan langsung masyarakat. ASEAN harus menjadi gerakan populis.
ASEAN telah menetapkan time-frame untuk pembentukan komunitas ASEAN, seperti Eropa dalam Maastrich Treaty 1993, yang akan membentuk pasar tunggal; pusat produksi dan distribusi barang dan jasa pada tahun 2015. Tidak hanya untuk pembentukan masyarakat ekonomi, ASEAN mulai 2008 setelah pengesahan Piagam secara serentak telah menetapkan pentingnya 2 pilar lainnya: politik keamanan, dan sosial budaya.
Pembentukan komunitas ASEAN dengan tema “One Identity, One Community” tidak akan tercapai bilamana masyarakat sebagai pemangku-kepentingan acuh tak-acuh, atau apatis.
Sudah saatnya masyarakat turut membubuhkan tandatangannya di prasasti ASEAN. Oleh karena itu, pendekatan ASEAN harus berubah: dari top-down menjadi bottom-up. Tanpa melibatkan masyarakat sejak sekarang maka ASEAN tetap menjadi proyek mercusuar para politisi ASEAN, dan akan kehilangan relevansinya bagi kemajuan rakyat di kawasan. Begitu kira-kira tema pesan yang kami sampaikan dalam acara-acara sosisasi.
Sosialisasi tidak hanya mono-direction, hanya penjelasan pasal demi pasal ASEAN Charter. Perlu dan relevan untuk menampung berbagai gagasan dan usulan masyarakat. Tidak hanya terbatas menjelaskan bahwa pembentukan pasar tunggal tidak merugikan kepentingan para pengusaha dan rakyat Indonesia.
Bukan persoalan enteng untuk menjelaskan tahap-tahap perkembangan organisasi, permasalahan yang dihadapi karena ASEAN yang memiliki ratusan pertemuan sepanjang, dengan nama singkatan (abreviasi) yang sulit untuk dihapal, apalagi dipahami.
Dirjen Kerjasama ASEAN Djauhari Oratmangun setengah bercanda selalu mengatakan mungkin ASEAN perlu membuat kamus tersendiri mengenai berbagai abreviasi foum, badan, pertemuan yang sudah mengalami proliferasi yang dahsyat! Nama badan dan forum ASEAN disingkat dengan abreviasi yang susah untuk ditebak entitasnya seperti apa.
ASEAN Bloggers
DALAM beberapa pertemuan di daerah, Kemlu secara khusus mengundang para bloggers yang diharapkan akan memotori masyarakat di daerah dan turut menyebarkan pemahaman tentang ASEAN.
Kemlu mengharapkan, peranan bloggers sangat penting untuk penyebaran informasi ke semua sendi-sendi kegiatan masyarakat. Maka, muncul gagasan untuk pembentukan masyarakat ASEAN Bloggers. Melalui forum ini, para bloggers Indonesia dapat berinteraksi dengan teman-teman di semua negara ASEAN.
Tentu diharapkan, para bloggers tidak hanya berdungsi sebagai forum saling menyapa; tetapi juga tukar-fikiran dan informasi mengenai masalah-masalah sehari-hari di semua profesi, sektor dan minat.
Berhadapan dengan forum bloggers, diperlukan kesiapan yang lebih terarah. Perlu dijelaskan secara masuk akal tentang berbagai keputusan ASEAN dan dampak positifinya bagi masyarakat. Pembentukan pasar tunggal ASEAN, misalnya, perlu dijelaskan manfaatnya langsung bagi kepentingan para pengusaha dan masyarakat yang menjadi kepentingan nasional.
Menjelaskan capaian-capaian ASEAN tidak mudah pula, karena tidak semua hasil yang dicapai itu merupakan tangible, dalam arti manfaat konkrit yang langsung bisa dirasakan masyarakat. Harus dijelaskan pula capaian yang intangible, bila menyangkut isu-isu pemeliharaan perdamaian dan stabilitas kawasan, misalnya.
Pada umumnya audiens, dan para bloggers lebih tertarik pada isu-isu ekonomi dan sosial budaya, yakni mengenai informasi tentang hal-hal konkrit yang langsung menyentuh kepentingannya atau dapat dimanfaatkan. Masyarakat, dengan pengecualian kalangan perguruan tinggi dan think-tank, tidak begitu tertarik untuk membicarakan kerjasama politik dan keamanan.
Pertemuan bloggers, seperti yang digagas oleh Perkumpulan Blogger Indonesia (PBI) mungkin bisa diperluas menjadi pertemuan pada tingkat ASEAN. Artinya, bloggers di tingkat nasional di seluruh Negara anggota ASEAN perlu bertemu tahunan. Indonesia dapat memulainya pada tahun 2011 ini.
Pertemuan akan bermanfaat tidak saja berbagi pengalaman, tetapi juga untuk pembentukan jaringan masyarakat blogger se ASEAN dan untuk memasyarakatkan ASEAN itu sendiri.
Grass Root
URGENSI untuk menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang memusatkan aktifitasnya pada rakyat (people centered), dan menjadikan ASEAN a people driven community dirasakan pada saat pertemuan retreat ASEAN Ministerial Meeting (AMM) di Lombok pekan yang lalu.
Pejabat daerah, perguruan tinggi, LSM dan para wartawan mulai waspada pada isu-isu penting yang menjadi kepentingan nasional kita. Tidak sebatas mengenai ketenagakerjaan di mana Indonesia menjadi supplier terbesar, tetapi masyarakat secara spesifik mengharapkan Pemerintah memperjuangkan hak-hak pekerja dalam persetujuan ASEAN.
Daerah juga ingin agar proyek-proyek ASEAN dalam rangka memperbaiki mutu dan jumlah ketersediaan infrastruktur dapat dilaksanakan di Indonesia. Intinya, daerah ingin agar berbagai proyek investment dilakukan untuk menarik minat para investor menanamkan modalnya di sana. Perbaikan kualitas prasarana juga diharapkan dalam bidang pariwisata.
Seperti dikatakan oleh Dirjen Kerjasama ASEAN Djauhari Oratmangun, pihaknya akan terus mengadakan sosialisasi dan mengambil input dari masyarakat agar mereka dapat mengambil manfaat dari berbagai program yang dilaksanakan, terutama pada masa keketuaan Indonesia di tahun 2011 ini.
“Masyarakat lah yang harus mengambil manfaat dari ASEAN, agar tema ASEAN sebagai people-driven organization menjadi bermakna konkrit”, katanya.
Dalam masa keketuaan Indonesia di tahun 2011 sekarang, Dirjen Kerjasama ASEAN telah menyusun berbagai kegiatan dan pertemuan di berbagai kota di tanah air. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan ASEAN dirasakan oleh para elit dan masyarakat di daerah, dan pada saat bersamaan memopulerkan kota-kota tersebut menjadi tujuan wisata.
“Indonesia lebih dari sekadar Jakarta atau Bali, kita memiliki puluhan kota-kota lain yang memiliki keistimewaan mereka sendiri yang patut ‘dijual’ ke dunia”, ujar seorang penggiat pariwisata.
ASEAN perlu menjangkau semya elemen masyarakat sampai pada tingkat grass root.
Civil Society
Kegiatan sosialisasi tidak hanya melibatkan masyarakat secara langsung. Sosialisasi juga dilaksanakan bekerjama dengan KADIN, misalnya. Beberapa pertemuan akan digagas sendiri oleh KADIN, untuk mempertemukan pengusaha-pengusaha ASEAN dengan mitra atau calon-mitra mereka di daerah-daerah. Mereka ingin tahu peluang-peluang apa yang bisa dimanfaatkan.
Begitu pula dengan kegiatan promosi hak-hak wanita dan anak-anak. ASEAN juga telah menyusun agenda untuk melakukan sosialisasi di bidang program sosial budaya.
ASEAN juga melibatkan organisasi pemuda untuk ambil-bagian dalam kegiatan ASEAN.
Untuk itu Indonesian Young Enterpreneur Association (HIPMI) juga akan menyelenggarakan ASEAN Youth Enterpreneurship event, dalam mendorong kemajuan UKM Indonesia.
“Jika masyarakat dan LSM sendiri yang menyelenggarakan tentu efektif dalam menjangkau jaringan yang spesifik kelompok kepentingan dan masyarakat umum. Dengan pelibatan seluas mungkin unsur-unsur masyarakat, maka kehadiran ASEAN akan lebih dirasakan dan bermanfaat.
Dengan demikian, tujuan kita untuk menjadikan ASEAN a people-driven organization menjadi kenyataan, dan ASEAN pun terjamin untuk terus berkembang secara berkelanjutan”, tegas Dirjen Kerjasama ASEAN.
Jakarta, 1 Februari 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment