SEWAKTU tinggal di Bulgaria 15 tahun yang lalu, saya ada beberapa kali berkunjung dengan keluarga di kota bersejarah ini.
Maka, waktu 12 jam transit di Istanbul saya manfaatkan untuk napak-tilas, dalam dari Indonesia menuju Polandia bulan Nopember lalu: city-tour.
Saya tiba dinihari dalam penerbangan Turkish Air dari Jakarta, sedangkan penerbangan selanjutnya ke Warsawa baru pada sore hari. Baru pertama kali saya naik maskapai ini, mungkin terpengaruh Kevin Costner: I feel like a star!
Mumpung, sebagai pemegang paspor diplomatik Indonesia saya tidak memerlukan visa ke Turki.
Saya tadinya ingin naik kenderaan umum, seperti disarankan petugas bandara. Tetapi, mungkin karena lelah akhirnya saya terpengaruh rayuan suatu perusahaan travel untuk mengambil private-tour, dengan mobil yang disupiri seorang guide-tour.
Karena khawatir bila telat kembali ke bandara sore nanti, saya setuju paket city-tour, dengan membayar TL 400, atau sekitar USD. 275.
Saya sudah tidak sabar mengunjungi kembali tempat-tempat bersejarah.
Menurut sejarah, Istanbul pada bagian Asia telah dihuni sejak 3000 BC, dan baru pada abad ke-7 orang-orang Yunani membangun koloni yang disebut “Byzantium”, di tepi selat Bosphorus yang menghubungkan the Golden Horn dan Laut Marmara, berarti Asia dan Eropa. Istanbul, dulu dengan nama Constantinople, baru pada tahun 100 BC menjadi bagian dari Kerajaan Roma, dan pada tahun 306 AD oleh Maharaja Konstantin dijadikan ibukota kerajaan Byzantium.
Peristiwa terpenting ialah pada zaman pemerintahan Raja Justina I, tepatnya pada tahun 532, berdirilah bangunan gereja terkenal, yang disebut Hagia Sophia dan setelah kota ini dikuasai Ottoman, diubah menjadi Mesjid Aya Sofia, namun sekarang berfungsi museum.
Sejarah terpenting tentu pada saat pasukan Ottoman Turki yang dipimpin oleh Sultan Mehmet II menaklukkan Constantinople pada tahun 1453 dan menamakannya Istanbul, yang kemudian menjadi ibukota kerajaan Islam terakhir di Eropa.
Pada waktu Republik Turki di bawah Kemal Ataturk lahir pada tahun 1923, ibukota dipindahkan ke Ankara. Ini tidak mencegah berkembangnya kota budaya yang indah serta kaya sejarah ini mencapai 13 juta penduduk. UNESCO pun telah menjadikan Istanbul warisan budaya dunia sejak tahun 1985.
Kota ini memiliki banyak objek menarik, seperti museum, kastil, istana, mesjid, gereja dan water tower yang bersejarah.
Istanbul dijuluki “Kota 7 Bukit” karena bagian bersejarah kota dibangun di atas 7 bukit, masing-masing mempunyai mesjid historis dengan 4-menara.
Beberapa distrik menarik di kota itu ialah Haydarpasa, Uskudar, Eyup, Galata, Perapalas, Ortaköy, Bosphorus, Taksim Eminönü dan Sultanahmet.
Pada waktu pembangunan stasiun kereta bawah-tanah (subway) Yenikapi dan terowongan Marmaray di tahun 2008, ditemukan tempat hunian yang dibangun pada tahun 6500 SM pada era neolitik. Banyak ditemukan budaya tembaga yang berasal dari tahun 5500–3500 BC dan berbagai benda-benda sejarah. Byzantium sendiri dibangun oleh bangsa Trakia, pada abad 13-11 SM, seperti peninggalan yang kini masih terdapat di Bulgaria.
Kerajaan Byzantium dibangun di atas budaya Yunani, dan menjadi pusat Ortodoks Yunani, karena itu banyak terdapat gereja-gereja yang hebat, seperti Hagia Sophia, yang dulu menjadi gereja katedral terbesar di dunia.
Para ekspedisi ke-4 pada tahun 1204 dalam Perang Salib In 1204, alih-alih menaklukkan Jerusalem, pasukan Eropa malah menghancurkan Constantinople, dan kota ini menjadi pusat Katolik Latin.
Seperti ditulis dalam sejarah, pada 29 May 1453, Sultan Mehmed II "Sang Penakluk” berhasil merebut Constantinople setelah perang 53 hari, dan akhirnya menjadikannya ibukota Ottoman. Grand Bazaar, sayangnya saya tidak mampir, dibangun pada masa ini, beserta bangunan bersejarah Istana Topkapi dan Mesjid Eyup Sultan.
Meskipun cuma 5 jam memanfaatkan private-tour dengan membayar 275 dollar, tetapi worth it lah seperti terefleksikan dalam sebagian foto-foto ini.
City-tour menjadi lebih berkesan, karena pada saat mengagumi obyek-obyek sejarah di Istanbul saya menerima pesan SMS beruntun: pada hari itu saya berusia 56 tahun.
Tour ini tanpa rencana tentunya, karena lazimnya saya merayakan dengan keluarga. Tetapi malang tak dapat diraih, ketika berangkat 10 Nopember dari Jakarta jalan macet total, saya ketinggalan pesawat. Dan terdampar di Istanbul.
Meskipun tertunda sehari, nasi kuning lengkap bersama doa keluarga di Warsawa akan memulihkan semangat. Dan, mission accomplished!
Saya membuat foto-foto, yang telah dimuat di Facebook, dengan nama saya, Haz Pohan. Silahkan menikmati!
Istanbul, 12 November 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment