Monday, January 25, 2010

12 JAM DI BANGKOK


TEMAN saya dulu di New York, Toro Purbo tinggal di kota ini. Dalam perjalanan pulang menghadiri Dies FH USU di Medan ke Polandia Januari yang lalu saya transit 12 jam di Bangkok. Maklum, selain bersahabat, keluarga pun saling mengenal.

Ketika saya telpon di bandara Suvarnabhumi, Toro mengingatkan selain disebut Bangkok nama resmi kota ini adalah Krung Thep Mahanakhon (กรุงเทพมหานคร) yang berarti “kota dewa-dewa”. Mau tahu nama lengkap Bangkok? Terpanjang di dunia menurut Guinnes: Krung Thep Mahanakhon Amon Rattanakosin Mahinthara Yuthaya Mahadilok Phop Noppharat Ratchathani Burirom Udomratchaniwet Mahasathan Amon Phiman Awatan Sathit Sakkathattiya Witsanukam Prasit. Artinya: Kota Malaikat, kota hebat, kota permata abadi, kota tuhan Indra, ibukota raya dunia yang dilengkapi dengan 9 permata langka, kota bahagia yang terdapat Istana Kerajaan yang menyerupai nirwana di mana bertahta tuhan yang bereinkarnasi, kota yang dipersembahkan tuhan Indra dan dibangun oleh Wishnukarma. Hebat nian!

Nama resmi ini susah dihapal, makanya dunia tetap mempertahankan nama Bangkok, walaupun arti sebenarnya menunjuk pada wilayah di sebelah barat sungai di kota itu. Mengapa disebut Bangkok? Bang nama wilayah di pinggir sungai, sedangkan Kok nama pohon berbuah seperti olive. Begitu katanya.

Ibukota Siam ini terletak di mulut sungai Chao Phraya (372 km) dan memperoleh status pada tahun 1768, ketika zaman Kerajaan Ayutthaya (1350 - 1767) dikalahkan Kerajaan Burma di tahun 1767. Penguasa baru, Raja Taksin lah menjadikan Bangkok ibukota negeri.

Lokasi strategis Thailand menjadikan negeri ini penting bagi kolonial Eropa dan dipelihara netralitasnya sehingga dalam 200 tahun menjadi kota berpengaruh di Indochina maupun Asia Tenggara. Bahkan pada zaman Perang Vietnam. Sebelum krismon, Bangkok dijadikan headquarters bagi MNCs, dan menjadi kota termahal di Asia Tenggara setelah Singapura.

One Night in Bangkok?

Tidak cukup! Bangkok yang seluas 1568 km2 (hampir 3 kali Jakarta: 661 km2!) dengan jumlah penduduk 6,5 juta (Jakarta: 8,5 juta) memang kota wisata. Bila digabung dengan kota-kota satelit di sekitarnya maka penduduk Bankok mencapai hampir 12 juta. Penduduk Thailand keseluruhan sekitar 66 juta (2009). Jakarta jelas lebih tua, didirikan pada abad ke-4, dulu kota tercinta kita ini ibukota kerajaan Sunda yang disebut sebagai Sunda Kelapa (397–1527), lalu statusnya diteruskan oleh Dutch East Indies, kemudian disebut Jayakarta (1527–1619), Batavia (1619–1942), dan Jakarta (mulai tahun 1942).

Bangkok terkenal sebagai kota dengan banyak delta, kanal, sungai dan tanah datar di sekitar Bangkok, sehingga disebut the "Venice of the East". Karena tingginya cuma 2 m dari permukaan laut, maka kota ini sering terancam banjir. Apalagi karena menempati tanah yang lembab, kota ini setiap tahunnya turun 2 inci! Agar tidak tenggelam, maka dibangun sejumlah benteng di pinggir sungai dan laut.

Kota ini dulu terkenal dengan traffic jam, dan gas-buang yang tinggi mencekik. Dulu ketika diundang menjadi pembicara pada suatu konperensi internasional pada tahun 1999 saya merasakan gas-buang yang mencekik setiba di Don Muang, bandara lama, yang carut-marut seperti pasar Tanah Abang. Itu dulu.

Sekarang berbeda. Karena banyak jalan raya bertingkat dan persimpangan dibangun, dilengkapi dengan berbagai jalan kereta api, termasuk subway, beban kota, termasuk carbon-monoxide jauh berkurang dan udaranya pun OK.

Dalam waktu 5-tahun, Bangkok berbenah sistem transportasi kota. Kini ada 4 jalur cepat yang dilayani oleh moda angkutan BTS, MRT (subway, sejak 2004), dan SRT di permukaan maupun bawah tanah. Ada 4 jalur lagi sedang dibangun dan selesai pada tahun 2020. Sistem ini menjadi bagian dari moda transportasi lengkap, termasuk bis sungai yang menjadi bagian dari bis kota maupun subway. Tarifnya beragam. Tetapi, dengan tarif 7 baht (Rp. 1925) Anda dapat mencapai penjuru kota. Tentu tersedia pula alat transportasi yang lebih nyaman dengan AC, dengan biaya 11-24 baht (Rp. 3000 – 6600).

Bukan main.


Pariwisata: 3 kali Indonesia!

Bangkok dikunjungi 11 juta (total Thailand 14,4 juta/tahun) wisatawan asing, mengimbangi Paris dan London. Bandingkan Indonesia dengan segala macam keindahan alam dan budaya hanya mampu menjaring wisman sebanyak 5,5 juta saja! Pariwisata menyumbang share GDP Thailand sebesar 5%. Luar biasa.

Apa rahasianya? Transit 12 jam tentu bukan waktu yang cukup untuk melakukan investigasi. Idealnya tentu seminggu berkunjung ke berbagai tempat di seluruh pelosok negeri. Idealnya, jika banyak waktu saya ingin membuat foto-foto di berbagai obyek wisata di kota ini.

Karena itu, saya hanya memusatkan diri pada tempat terpenting saja, seperti The Grand Palace dan city-tour terbatas. Tetapi, Bangkok memang menyenangkan bagi pengunjung semua umur. Mau wisata agama (Buddha) atau sejarah, wisata alam, kuliner, atraksi, atau belanja? Memang mereka siap: aman, nyaman, harga reasonable (tergantung kantong), dan atraksi budaya maupun keindahan yang impresif! Strategi pemasaran wisata Thai juga efektif, karena tidak dilakukan oleh para birokrat tetapi professional yang dibayar khusus. Tidak seperti kita. Kita memang harus banyak belajar (bukan studi banding!) dengan Thailand.

Maka, saya mengunjugi The Grand Palace, pusat wisata religi yang memiliki ribuan kuil yang bersejarah, dan sisanya beberapa obyek saja. Kompleks ini menjadi landmark kota, yang dikelilingi oleh tembok putih, di lokasi sekitar 1,5 m2. Di dalamnya ada Royal Chapel, Royal Collection of Weapons, dan Coin Pavillion, serta berbagai museum. Di samping Grand Palace, silahkan datang ke Wat Pra Kaeo yang dibangun pada tahun 1782. Di sini terdapat The Emerald Buddha di altar setinggi 11 meter, dihiasi 9 (angka sakti) payung.

Tempat menarik lainnya adalah The Temple of the Reclining Buddha atau Wat Pho, landmark lainnya di Bangkok, daerah yang banyak seniman memamerkan karyanya; Wat Arun (Temple of the Dawn) yang juga menjadi landmark, kuil kuno yang prima dibangun di ibukota kuno kerajaan Ayutthaya, dan disempurnakan pada zaman KIng Rama IV; The Golden Mount atau Phukhao Thong, dibangun setinggi 100 m pada landasan bergaris-tengah 500 m pada zaman King Rama III dan diselesaikan oleh King Rama IV. Relik Buddha yang terdapat di sini dipasang pada tahun 1977; Wat Ratchanaddaram, kuil yang dibangun oleh King Rama III pada tahun 1846. Di sini terdapat bangunan kuil "Loha Prasat" pusat pengajaran agama Buddha dulu, dan unik karena terdapat Sukhothai Traimit Golden Buddha, patung terbesar di dunia yang berusia lebih dari 700 tahun dengan berat kl. 5 ton emas murni! Atau, silahkan berkunjung ke Luang Phor To, terdapat patung Buddha setinggi 32 m, lebar 11 m, yang dibangun pada tahun 1869 pada zaman King Rama IV.

Obyek-Obyek Lainnya

Obyek-obyek menarik lainnya adalah Chao Phraya River Trip, bisa digabung dengan makan siang atau malam, menumpang boat kecil membelusuk ke kanal-kanal kota yang banyak dihiasi dengan kuil-kuil, rumah kuno, atau berkunjung ke ‘floating market’ di Bangsai, Taling Chan, termasuk Thonburi Snake Farm yang menjual ular, buaya dan berbagai jenis burung. Sayang, saya perlu datang pada dinihari untuk menyaksikan transaksi penjual dan pembeli di atas sungai. Unik.

Patpong Night Bazaar menjadi tempat yang notorious, semacam red-light untuk para hidung-belang. Di malam hari jalan ini diubah menjadi pasar kaget, kata teman saya, Toro. Patpong dulu pada zaman Perang Vietnam menjadi tempat santai perajurit GI dari AS. Tadinya saya bermaksud buat foto, karena membayangkan tempat ini seperti Broadway di New York, namun urung karena agak seram juga. Daerah ini bukan untuk turis fotografer seperti saya. Saya juga tidak berminat membeli barang-barang bajakan dari berbagai merk terkenal.

Jika senang dengan sejarah, Anda dapat pula berkunjung ke Vimanmek Palace (Cloud Mansion) yang unik karena seluruh bangunan istana terbuat dari kayu, warisan zaman King Rama V (King Chulalongkorn), yang dipindahkan dari tempat aslinya pada tahun 1901; Suan Pakkad Palace yang menjadi kediaman resmi Princess Chumbhot of Nagara Svarga, kolektor barang seni dan tanaman termashur di Thailand. Di sini terdapat rumah-rumah tradisional, barang antik, kristal, vas, benda tembaga dan benda-benda pra-sejarah arkeologis; atau ke Jim Thompson's House, rumah tradisional Thai kediaman mantan anggota US Office of Strategic Services (OSS) yang datang pada saat PD II. Dia dikenal bukan sebagai militer, tetapi tokoh yang membangun industry sutera Thailand. Tragis, Thompson hilang di hutan belantara Cameron Highlands di Malaysia pada tahun 1967. Di sini banyak koleksi barang antik dan seni dari berbagai negeri Asia Tenggara.

Jika senang wisata alam, boleh dipertimbangkan mengunjungi King Rama IX Royal Park yang terletak di sekitar area 200 ha, dibangun tahun 1987 untuk memperingati ultah ke-60 King Rama IX's (raja sekarang), yang merupakan botanical garden dan tentu saja banyak bunga dari berbagai jenis; atau Queen Sirikit Park (Chatuchak) yang banyak pohon dan bunga-bunga yang indah. Bangunan marmer bergaya Italia di sini dibangun pada tahun 1907 oleh King Chulalongkorn yang kemudian dijadikan gedung parlemen (lama); ke Lumpini Park, di lokasi seluas setengak km2, banyak danau-danau buatan dan tempat bersepeda, di depannya terdapat monumen King Rama VI yang dibangun tahun 1941; maupun dengan anak-anak/keluarga berkunjung ke Dusit Zoo (Khao Din) di dekat gedung parlemen (lama), kebun binatang dengan koleksi berbagai hewan, dihiasi dengan danau dan pepohonan yang hijau serta bunga-bunga yang indah.

Untuk city-tour, Chinatown yang berdiri sejak tahun 1780, yang sebelumnya berada di gedung parlemen (baru) sekarang cukup menarik, atau jika senang berbelanja pergilah ke Siam Square daerah belanja dan bioskop, atau Bagi anak muda, silahkan berkunjung ke Royal City Avenue yang banyak pusat entertainment pub, bar, disco dsb.

Jadi tidak heran jika Bangkok berhasil mendatangkan 11 juta wisatawan setiap tahun. Saya mencoba menghitung, berapa banyak devisa diterima. Jika 80% devisa masuk dari sektor pariwisata masuk ke kantong rakyat pelaku UKM, maka wajar jika pendapatan per kapita Bangkok mencapai USD. 14.000 (2009).



Ujung-ujungnya saya berterimakasih kepada Toro, yang rela menemani saya beberapa jam di Bangkok untuk membuat catatan untuk direnungkan ini.

Foto-foto yang lebih lengkap saya upload di Facebook.

Bangkok, 18 Januari 2010