Wednesday, March 24, 2010

MARRAKESH


KEBERUNTUNGANLAH yang menghantar kami sampai ke Marokko, akhir Pebruari yang lalu. Dalam 2 kali acara diplomatik, kami mendapat durian runtuh: memenangkan door prize pada acara charity dinner, menginap gratis di Hotel Palmerie Golf Marrakesh, dan pada kesempatan berikutnya mendapat tiket gratis pesawat pp untuk 2 orang ke Portugal pada acara Tahun Baru di Kemlu. Kami tinggal membeli tiket murah dari Portugal ke Marokko, maka cuti tahunan dapat dimanfaatkan maksimal dan murah.

Atmosfer Islami begitu terasa ketika kami mendarat di Marrakech Menara Airport. Marrakech bukan sebatas tempat diselenggarakannya berbagai konperensi internasional, atau kota wisata terkenal di dunia semata. Budaya tradisional, arsitektur tua berbaur dengan modern dan budaya liberal, kulinari dan berbagai motif seni menjadi daya tarik negeri ini.

Negeri berpenduduk 32 juta ini memperoleh 20% devisa dari pariwisata. Data 2009 menunjukkan 9 juta wisatawan Eropa, Afrika dan Timur Tengah mengunjungi negeri ini.

Kesan eksotik Marokko terasa menguat ketika kami mengunjungi pasar Djemaa el Fna (mythical square) yang telah menjadi a world heritage site dan salah satu tempat yang direkomendasikan oleh berbagai penulis dan komentator yang saya baca di internet. Di sini Anda akan mendengar bunyi-buyian Berber dibarengi gendang bertalu-talu.

Tradisi tetap terjaga baik: di samping henna yang sehat, hammam atau tempat pemandian umum masih ada, tempat bergossip dan menjodohkan anak. Juga Ghossul minyak harum menebar, sabun hitam, sikat tubuh dari ekor kuda, minyak Argam dari tumbuhan yang hanya terdapat di Marokko.

Marrakech negeri eksotik berwarna-warni yang penuh misteri dan sensual, wanita bercadar maupun berpakaian modern hilir mudik di labirin pasar Kissaria maupun di butik-butik Eropa di Medina.

Marokko memiliki kota dengan ciri-khas uni-warna: di Marrakech, seluruh bangunan berwarna merah bata, Fez berwarna biru, Meknes nan hijau, ibukota Rabat memilih putih dan Casablanca yang terkenal itu berwarna-warni. Dulu saya pernah mengunjungi ibukota Rabat dan Casablanca di tahun 1990-an. Sayang, ketika itu dalam perjalanan dinas maka saya tidak bergairah mencari tahu tentang sudut-sudut unik di sana.

Hati senang menikmati matahari nan hangat tatkala salju merajalela di Eropa. Kami melihat turis-turis Eropa keranjingan menggugat tangan dan wajah dengan henna, kaya dengan makna dan ungkapan sensual Arab. Tetapi mengapa kota yang begitu eksotik ini dinamai Marrakech? Ada yang bilang menjadi sebutan awal bagi “Marokko”, tetapi secara harfiah Marrakech berarti “go away quickly”! Nanti akan saya ungkapkan rahasianya, di akhir tulisan ini.


Kota Bersejarah

Kota ini sangat erat terkait dengan eksistensi Marokko. Selama 9 abad kehidupan di sini penuh dengan kejayaan dan kemegahan, meskipun dalam beberapa episode mengalami kegelapan. Berbagai penguasa politik, lokal maupun Eropa sejak zaman dulu kala menaklukkan, menghancurkan, dan membangun kembali kota ini. Kota ini menjadi saksi sejarah yang panjang itu, dan bukan hanya menyimpan di dalam berbagai dokumentasi hidup di museum, tetapi juga di berbabai bagunan arsitektur Islam yang kental, mesjid dan menara, taman-taman kuno dengan teknologi pengairan yang menakjubkan.

Negeri berpantai di Atlantik itu disebut orang-orang Arab sebagai Al-Maghreb al-Aqsa, atau negeri matahari terbenam, yang menjadi meeting point bagi orang-orang Arab, Eropa, dan Afrika. Bahkan, orang-orang Yunani dulu kala telah memasukkan dalam peta sebagai daerah pegunungan Atlas. Terkenal sebagai bangsa gagah berani penjelajah namun ironisnya, negeri indah ini juga tidak luput dari penjajahan. Mereka terkenal dengan arsitektur, teknologi, kaya bunyi-bunyian, matematika, flavor yang merasuki semenanjung Iberia dengan semangat Andalusia dan Algavre landscape-nya. Makanya, negeri ini terkenal di dunia Eropa sebagai percampuran budaya tradisional yang kental dengan dunia modern.

Bangsa-bangsa Phoenix, Roma, Vandals, Bizantium dan Arab bercampur baur dengan etnis Berber, yang kini menghuni separuh penduduk Marokko. Bangsa Berber melahirkan dinasti di sini: Al Moravid (abad ke-11) dan Al Mohad (abad 12-13), namun kekuasaan politik akhirnya jatuh ke tangan dinasti Marinid sebelum negeri ini jatuh ke tangan Portugis. Baru setelah dinasti Saadi mengalahkan Portugis di tahun 1415 muncullah dinasti Alawi, dan pada abad ke-17 Mulah Ismail menyatukan bangsa Marokko, meskipun pada abad ke-19 negeri ini jatuh kembali ke tangan orang-orang Eropa. Marokko, sebelum merdeka 1956 adalah dari jajahan Prancis dan Spanyol, dan akhirnya dipimpin oleh Raja Muhammad V. Setelah Raja Hassan wafat, maka penguasa sekarang Muhammad VI naik tahta.


Berber

Marrakech menjadi ibukota kebanggaan etnis Berber, bangsa nomad yang terbiasa dengan kehidupan keras, karena dikelilingi lautan di barat dan sahara di timur. Pendudukan dan penguasaan oleh orang-orang Phoenix, Roma, Vandals, Bizantium dan Arab sekalipun tidak berhasil menaklukkan budaya Berber. Kota ketiga terbesar di Marokko setelah Rabat dan Casablanca ini berpenduduk 500 ribu.

Djemaa el Fna pada malam hari menjelma jadi restoran jalanan, dengan makanan khas kepala kambing berbumbu menyengat. Pada sore hari Anda akan menemui banyak atraksi musik, tarian, teater jalanan, penjinak ular maupun monyet, akrobat, pesulap, peramal nasib, dan penari Berber. Tidak jauh dari sini terdapat Al Menara Avenue, di kiri-kanan banyak taman-taman kota yang indah dan terkenal dengan system irigasi warisan abad ke-12 yang masih berfungsi.

Bangsa yang pernah menaklukkan dan berkuasa ratusan tahun di Spanyol dan Prancis memang luar biasa. Tradisi dan budayanya sangat mewarnai Marokko, penguasaan teknologinya luar biasa untuk zaman itu. Jiwa adventure dan penaklukan mereka luar biasa. Dinasti-dinasti terkemuka di Marokko berasal dari kaum Berber. Jika orang-orang Iberia menyebut mereka atau seluruh Muslim yang berasal dari Maghribi sebagai “Moorish” dan masih menyimpan peninggalan mereka di Spanyol dan Portugal, tentulah tidak mengherankan.

Kami menyempatkan pergi ke perkampungan (Kasbah) orang-orang Berber, rumah-rumah yang terbuat dari tanah-liat dan batang-batang kayu terlihat kumuh dari luar. Tetapi, adalah tradisi Berber untuk memberikan yang terbaik untuk tamu terhormat. Maka mereka selalu menyisakan satu ruangan yang terbaik di rumah, penuh dengan hiasan pernak-pernik berwarna-warni.

Orang-orang Berber adalah seniman. Maka berbagai kerajinan besi, tembaga, kulit, kayu, wool yang kita temui di Marokko adalah berasal dari karya budaya mereka. Kami sempat membeli beberapa karpet sutra yang indah, dan harganya separuh dari pasar.

Berdampingan dengan el Fna, adalah pasar pedagang berbagai rupa yang terbentuk lebih dari seribu tahun yang lalu. Pasar ini disebut “The Souks“, di mana terdapat sekitar 1000 pengrajin Berber untuk berbagai metal, keramik, kayu, dan kulit menjajakan dagangannya. Jalan kecil membelusuk ke dalam-dalam cukup menarik untuk dikunjungi.

Souk di dekat el Fna ini termasuk banyak dikunjungi wisatawan Eropa, dan untuk berbelanja berbagai benda-benda unik. Kami pun tidak lupa memberlikan Davin baju tradisional Berber, lengkap dengan topinya. Hanya, jangan lupa bernegosiasi all out untuk mendapatkan barang bagus dengan harga murah!


Drama Hollywood

Marrakech terkenal sejak dulu kala sebagai tempat singgah para pengembara dan petualang, termasuk para agen rahasia pada zaman perang Eropa, dipopulerkan oleh para artis Hollywood maupun negarawan dunia seperti Churchill. Politisi yang terkenal dengan serutunya ini bernegosiasi dengan Presiden AS Franklin Roosevelt ketika menghadiri Casablanca Conference 1943. Tempatnya adalah di Hotel Mamouna yang kaya dengan taman dan Anda bias memandang pegunungan Atlas yang ditutupi oleh es. Salju juga ada di sana, dan bahkan dengan murah meriah orang-orang berlatih ski!

Konon, sebelum Bali terkenal, Churchill berpendapat Marrakech sebagai “the best place of earth!” Reagan, DE Gaulle, Mandela, Sarkozy, Omar Shariff, Sharon Stone, Suylvester Stallone, Charlie Chaplin, Tom Cruise, Nicole Kidman, Jennifer Aniston, Rolling Stones, Elton John dan Julio Iglesias pernah bertamu di La Mamounia.

Aktor Humphrey Bogart dan aktris Ingrid Bergman memopulerkan Marrakech dalam film mereka, begitu pula penulis Amerika Paul Bowles, juga menjadikan Tangiers kota kebanggaannya. Meknes oleh Mulah Ismail dijadikan Versailles of Morocco.


Yves Saint Laurent

Salah satu obyek turis yang menarik di sini adalah Majorelle Garden yang dibangun oleh perancang Jacques Majorelle tahun 1920, taman di tengah kota yang kaya dengan koleksi bamboo raksana, papyrus, palem, cypress, bougenville, dan kaktus. Disebut juga sebagai the Blue Majorelle, dan taman ini dibeli oleh Yves Saint Lorent. Ya, dia YSL, perancang Prancis kelahiran Aljazair yang juga memiliki rumah di Tangiers, salah satu kota terkenal di Marokko, yang dinamainya Villa Mabrouka (keberuntungan). Di villanya, YSL mencerahkan fikiran, menuangkan ide-ide baru dalam karya-karya haute coutoure, sambil menikmati pemandangan dahsyat ke arah Selat Gibraltar (Djabr al Tariq). Tempat ini sangat mengesankan YSL, sehingga sesuai wasiatnya, pada saat meninggal pada tahun 2008 abunya ditebarkan di taman ini.

Di kota ini, Anda juga menemukan rumah kediaman mantan presiden Prancis Jacques Chirac, bahkan sebelum dia menjadi politisi terkemuka.
Shalat di Mesjid Koutoubia (1158)

Shalat maghrib di Mesjid Koutoubia yang menara setinggi 77 meter terlihat dari berbagai penjuru kota menjadi simbol kota. Mesjid dibangun lebih awal dan digunakan resmi mulai tahun 1158. Sedangkan menara yang juga bernama Al Koutoubia dibangun dengan seni Almohad oleh Abd al-Mumin antara 1184-1189. Di puncak menara terdapat 3 bola dunia berbalur emas yang mencerminkan iman, shalat dan berpuasa.

Mesjid ini konon salah satu terbesar dan terindah di dunia, bergaya Spanyol-Moresque (Morisko). Sayangnya mesjid lama diruntuhkan karena arah kiblat yang tidak tepat, sampai kemudian dibangun kembali pada dinasti Almohad.

Kami terpaksa menunggu menjelang maghrib untuk shalat di sana. Menurut Idder, staf KBRI Rabat berbangsa Marokko yang menemai kami selama di Marokko, Mesjid Koutoubia hanya dibuka pada waktu-waktu shalat, setelah itu dikunci. Maka, untuk menunggu waktu shalat kami menyempatkan meninjau menara di sebelahnya, yang juga menjadi landmark Marrakech.

Mesjid ini dibagi 17 gang dengan ruang yang luas sekali. Sayang sekali, tempat wudhu yang kecil jamaah terpaksa antri. Kami sendiri wudhu di luar, dibekali segayung air hangat untuk membasuh tangan, muka dan kepala seadanya. Hampir seperti tayammum. Tempat shalat pria dan wanita terpisah berjauhan, tanpa mengurangi kekhusukan beribadah.

Mesjid bersejarah lainnya adalah El Mansouriah Mosque yang berdekatan menuju ke Saadian Tombs, dan Mesjid Ibn Yusuf di tengah kawasan Medina yang dibangun oleh dinasti Almoravid.


Kulinari nan Eksotis

Salah satu daya tarik wisatawan ke Marrakech adalah kuisin yang lezat, dan murah pula. Konon kabarnya kulinari Marokko dipandang sebagai salah satu kuisin paling beragam di dunia, seperti Indonesia. Tidak heran, di negeri ini terjadi percampuran budaya ribuan tahun, antara Berber, Spanyol, Corsica, Portugis, Moor, Timur Tengah, Mediteranean dan Afrika. Aslinya, kulinari Marokko adalah Berber, ditambah hidangan Arab Andalusia yang dibawa orang-orang Morisco ketika Islam tergusur dari Spanyol, kelezatan masakan Turki dan tentunya Arab dari Timur Tengah.

Makanan Marokko boleh dikatakan bercita-rasa dan beraroma eksotik, karena kaya dengan bumbu: buah pala, kemiri, jahe, lavender, cumin dan lada. Tentu sebagian bumbu diperoleh sejak ribuan tahun lalu dari luar Marokko. Buah-buahan segar olive, orange maupun dried fruit. Jangan lupa mencoba nasi kuskus dan minum teh mint yang terkenal itu. Juga saffron, termahal di dunia ini juga terdapat di sini. Bukan saja untuk bumbu, saffron dihargai karena mengandung kesehatan sejak dulu kala. Untuk menghasilkan 1 kg saffron, diperlukan 100 ribu tangkai bunga!

Mereka pemakan daging kambing, dicampur kuskus, serta pastille, tajin dan harira. Makan yang top markotop di sini tentulah unik: kepala kambing panggang! Apapun pilihan menu Anda, jangan lupa minum teh mint khas Marokko yang dicampur dengan gula batu.


Points of Interest

Walhasil, saya berhasil menyaksikan semua tempat yang ingin saya kunjungi: Almoravid Koubba, 14 buah pintu gerbang kota berukiran seni Almoravid yang berhubungan satu dengan lainnya membentuk benteng kota lama. Pintu-pintu gerbang itu disebut “Bab“, seperti terdapat di Erraha, Agnaou; Debbagh; Doukkala; El Djedid; El-Khemis, Aylen, Aghmat, Ahmar, Ighli, Ksiba, er-Tobb, Echcharia, el-Jadid, dan el-Makhzen, masing-masing dengan fungsi dan keunikan arsitektur dan ornamen berbeda. Kami juga mengunjungi Ben El Badi Palace, Kasbah Mosque, Kontoubia Minaret dan Mosque, Majorelle Garden, Palais El Bahia, Rahba Kedima yang dulu tempat perdagangan budak, Saadian Tombs.

Untuk menyaksikan seni pertunjukan Berber, kami sempat menyaksikan pertunjukan yang disebut “Fantasia“, yang terdiri dari seni tari dan musik serta perang berber yang ditampilkan secara kolosal di pinggir kota. Sebelum pertunjukan, kami dijamu minum teh oleh pemiliknya di bawah tenda Arab.

Sayang, kami tidak punya waktu yang cukup untuk berkunjung ke museum, seperti Marrakesh Museum yang dibangun oleh Omar Benjellun, memuat berbagai koleksi masterpiece kaligrafi Islam dari abad ke- 9 s/d ke-19, keramik, permata dan hasil arkeologis berupa koin kuno dari abad ke-8 s/d ke-19, senjata, dan pakaian kuno. Juga perlu dikunjungi Dar Si Said Museum yang memiliki koleksi budaya Berber yang menarik.

Jangan lupa mengunjungi Istana Bahia, Saadi Tumuli, Museum of the Islamic Art, dan Mesjid Koutoubia. Atau mempraktikkan ilmu negosiasi, menawar harga di pasar tradisional yang berlikut-liku bak labirin, menjual berbagai souvenir dan keperluan sehari-hari di Souk. Di sini azan menggema pada waktu shalat, banyak menjual kerajinan perak, batu batuan, tembaga dan kayu, sandal, djellabas, kaftan, minyak, produk kencantikan, karpet, pot, keramik, bumbu bercampur baur dengan berbagai aroma.

Kami sempat mengunjungi Menara Pavallion karya abad ke-12, dengan kolam seluas 150 x 200 m, airnya berasal dari 350 sumur yang terdapat dipinggiran kota, dengan teknologi kuno abad 12, oleh Almohads , tetapi masih berfungsi. Pavallion ini dikelilingi kebun olive yang luas.

Sayang waktu singkat kami tidak pergi ke Atlantik, untuk melihat kota-kota pelabuhan dan nelayan Marokko yang juga banyak daerah peristirahatan. Misalnya di El Jadida, banyak peninggalan militer Portugis, atau ke Essaouira yang disebut orang Portugis sebagai Mogador, yang konon menjadi surga bagi surfers. Kota ini menjadi favorit bagi Bob Marley dan Jimi Hendrix, atau Orson Welles membuat film dengan judul Othello.

Sahara? Ya, karena di bagian barat Marokko yang berbatasan dengan Algeria terdapat sahara. Konon, indah luar biasa! Sejauh mata memandang hanya padang pasir, dan Anda bisa tidur di tenda atau di alam terbuka beratapkan rembulan dan bintang di langit yang pekat! Di sini, kehampaan dan seperti keputusasaan tetapi di sana ada sumber kehidupan yang memesona: oase, mirage. Atau untuk kontemplasi spiritual yang melahirkan ketengangan hidup, mencari makna.

Anda duduk di dunes berjam-jam, kosongkan fikiran, berzikir, dan rasakan kehebatan kehampaan yang mutlak! Jangan dipandang enteng, saya melihat koleksi teman yang pernah bertugas di Marokko yang sangat indah, atau lihat di majalah.

Menurut teman kami Hadi Sudirman dari KBRI Rabat, Sahara sebenarnya tidak terlalu jauh. Anda bisa mengambil tour dengan biaya murah untuk 3 hari perjalanan dan menginap beserta makan hanya membayar USD 200 per orang.

Mengakhiri kunjungan ke Marrakech bak menyelesaikan pengembaraan dan petualangan ke negeri eksotik. Dalam berbagai literatur maupun booklet, saya menemukan berbagai tempat-tempat hebat lainnya di Marokko. Kami akan datang lagi.

Jika Marrakech berarti “go away quickly” ternyata mereka bukan bermaksud mengusir kita, atau kota ini membosankan sehingga Anda perlu beranjak secepatnya. Di Marokko, masih banyak tempat lain yang juga unik dan tidak dapat dilewatkan, misalnya Casablanca, Fest, Rabat, Tangier, atau Agadir yang banyak peninggalan tentara Portugis. Dan bermalam di tenda di Sahara!

Go away quickly: meskipun tidak mungkin menghabiskan Marrakesh dalam 2-3 hari. Anda harus cepat-cepat menyelesaikan tour di Marrakesh, agar melihat tempat-tempat yang lebih eksotik di berbagai kota lainnya di Marokko. Maka, jangan cepat-cepat terpesona dengan Marrakech!

Marrakech, 2 Maret 2010

No comments:

Post a Comment