Monday, December 28, 2009

Andrzej Wawrzyniak: Duta Indonesia di Polandia


"SAYA akan berangkat bulan Desember ini ke Indonesia, tanah air saya yang kedua. Saya sangat merindukan teman-teman lama, dan tentu berbagai jenis kuisinnya. Rindu ini saya pendam sudah 2 tahun, biasanya saya pulang ke Indonesia setiap tahun," ucap Andrzej "Nusantara" Wawrzyniak (baca: Andzei Vavziniak), Direktur Museum Asia Pasifik yang fasih berbahasa Indonesia. Meskipun telah berusia 78 tahun, Bapak Andrzej tetap aktif dalam berbagai acara diplomatic circles di Warsawa.

Kami terakhir kali bertemu pada penghujung November yang lalu, ketika Paman Andrzej mengundang saya untuk makan siang di suatu restoran masakan Polandia, di pojok kota Warsawa. Pada saat itu dia tampil berjas rapi, katanya dia bersiap-siap untuk berangkat pada bulan Desember ke Indonesia untuk beberapa bulan. Biasanya, kemana-mana dia tampil berbaju batik atau songket.

"Saya khawatir, ketika saya kembali dari Indonesia nanti tahun depan Anda sudah menyelesaikan mandat di Polandia dan pulang ke tanah air," katanya. Saya memang telah bertugas selama lebih dari 3 tahun di Polandia, waktu untuk bersiap-siap untuk berpamitan.



Sesekali, di kala senggang saya suka mampir ke kantornya. Di tempat itu, dia selalu menjamu saya makan siang yang ditutup dengan minum kopi "Luwak" kegemarannya. Katanya, kopi luwak ini beraroma terbaik dan termahal di dunia.

Belakangan ini saya jarang datang, karena hingar-bingar pembangunan kantor dan kondominium mewah "Pacific Plaza" di sebelah kantornya agak mengganggu.

Tetapi dia bangga, karena sebagian ruangan yang cukup luas di Pacific Plaza itu akan dijadikan museum yang akan menyimpan puluhan ribu koleksi benda budaya etnis Museum Asia dan Pasifik, yang saat ini terserak-serak di berbagai cabang museum.

Paman Andrzej, begitu dia lazim disapa oleh semua orang Indonesia yang berada di Polandia, adalah duta seumur hidup Indonesia di Polandia, karena sangat aktif mempromosikan Indonesia melalui setiap tahunnya puluhan kegiatan pameran, pergelaran budaya yang dikelola oleh Museum Asia Pasifik atau menjadi sponsor penerbitan sejumlah buku-buku tentang Indonesia.

Nama "Nusantara" itu tidak lain adalah pemberian dari Bung Karno, karena dia menjadi pengunjung setia di Istana Negara dan mengenal Megawati Soekarnoputri, yang kemudian menjadi presiden dan berkunjung ke Polandia pada tahun 2003, sejak gadis remaja. Ibu Megawati pada saat kunjungan di Warsawa itu, menurut Andrzej Wawrzyniak mengingatnya dengan baik dan tetap memanggilnya "Paman Andrzej".

Karena peran aktifnya dalam mempromosikan Indonesia, maka saya suka bercanda dengan teman-teman di kalangan diplomatik dengan memperkenalkan Paman Andrzej sebagai "the permanent Indonesian Ambassador in Poland", sementara saya sendiri adalah "temporary Ambassador", karena mandat penugasan sekitar 3 tahun.


Andrzej Nusantara memang tokoh istimewa. Pada saat saya akan berangkat menuju tugas baru di Warsawa pada bulan November 2006 yang lalu, tidak kurang tokoh terkenal Alm Ali Alatas menitip salam untuk Paman Andrzej. Banyak diplomat senior dan politisi lama Indonesia yang menjadi sahabatnya.

Pada saat artikel ini ditulis, Paman Andrzej sudah berada di Indonesia atas undangan Dubes Republik Polandia untuk Republik Indonesia di Jakarta, Tomasz Lukaszuk.

Sudah barang tentu, Paman Andrzej yang bertubuh tinggi besar ini sedang memperbarui persahabatan dengan berbagai tokoh-tokoh nasional sejak zaman Bung Karno, pada saat saya masih bercelana pendek di bangku Sekolah Rakyat (SR). Dan, tentu Paman Andrzej sedang menikmati sate Senayan, makanan favoritnya.

"Saya sangat bergembira untuk `pulang' ke Indonesia, bukan karena akan bertemu dengan kawan-kawan lama saja. Tetapi muhibbah ini juga menjadi reuni keluarga kami di akhir tahun, anak lelaki saya yang lahir di Jakarta dan kini menjadi dosen di Timur Tengah dan keluarganya akan bergabung," katanya sambil menghirup tembakau pipa.


Pencinta Indonesia Sepanjang Zaman

Andrzej Wawrzyniak aslinya seorang pelaut yang terdampar menjadi diplomat. Penugasannya di Indonesia, dan kedekatannya dengan Bung Karno, menjadikan negeri itu sangat istimewa baginya. Di Indonesia kegemarannya terhadap barang-barang etnis tumbuh.

Dia lahir 3 Desember 1931 di Warsawa. Sejak usia 16 tahun dia menjadi anak-kapal pada kapal "Dar Pomorza" yang pada tahun 1935 pernah mampir di Indonesia di zaman kolonial, sampai diangkat menjadi pelaut pada kapal dagang. Dia menyelesaikan Sekolah Dinas Luar Negeri di Warsawa dan pada tahun 1956 menjadi pegawai Kementerian Luar Negeri Warsawa, dan selanjutnya menyelesaikan gelar doktor pada Social Sciences School di Warsawa.

Tidak hanya bertugas di Indonesia selama 10 tahun (1961-1971), Paman Andrzej juga pernah bertugas di Vietnam, Nepal dan Namibia, sebagai pengamat PBB, kemudian di Afghanistan (1990-1993), Bosnia Herzegovina (1996) dan Timor Timur (1999).

Pada masa penugasan selama lebih dari 25 tahun di Asia, dia rajin mengumpulkan koleksi dari berbagai benda-benda etnografis dan budaya dari berbagai negara itu. Tidak heran, pada suatu saat Paman Andrzej dan Museumnya menyelenggarakan pameran sangkar burung, topeng-topeng Jawa, ukiran dan benda etnografis Papua, lukisan Bali, kain songket, dan sebagainya.

Sekitar 3000 jenis benda budaya etnis dari Nusantara, sebagai hasil penugasannya sekitar 10 tahun di Indonesia, disumbangkannya kepada Museum Kepulauan Nusantara, yang di kemudian hari berkembang menjadi Museum Asia dan Pasifik pada tahun 1976. Di sinilah awal dirinya menjadi kolektor berbagai benda budaya. Oleh karena waktu penugasan yang cukup panjang dan sahabat-sahabat yang meluas di Indonesia maka Indonesia menjadi negeri yang sangat dicintainya.

Kini museumnya memiliki sekitar 20 ribu jenis koleksi dari berbagai budaya Asia, Australia dan Pasifik. Tidak heran, dia akhirnya diangkat oleh Pemerintah Polandia menjadi direktur seumur hidup di Museum Asia dan Pasifik itu.

Seluruh koleksi itu diharapkannya akan digelar di tempat baru yang bergengsi Pacific Plaza yang akan diresmikan pada tahun 2010.


Penerima Sejumlah Tanda-Jasa

Keistimewaan tokoh yang menjadi duta abadi Indonesia di Polandia ini tercermin dari sejumlah tanda-jasa, medali dan penghargaan yang diterimanya.

Atas jasa-jasanya membina hubungan Polandia dengan kawasan Asia dan Pasifik itulah, Paman Andrzej dianugerahi berbagai medali kehormatan, antara lain, Millennium of Poland Decoration atas pengakuan terhadap kegiatan sosial (1966), Chevalier's Cross of the Order of Polonia Restituta (1967), Merit of "The Keeper of National Remembrance" (1971), Special Prize of the Minister of Culture sebagai kolektor dan direktur museum (1975), Honorary Merit "Distinguished Official of the Foreign Service" dari Menlu Polandia (1978), Medali dari President of of the State Council pada Ultah ke-40 People's Republic of Poland (1984), Commander's Cross of the Order of Polonia Restituta with Star sebagai pengakuan atas komitmen tinggi dalam memopulerkan warisan budaya Asia dan Pasifik (2003), serta tanda-kehormatan dari Pemerintah Afghanistan, Vietnam, Laos, dan Mongolia.

Dari Pemerintah Republik Indonesia Andrzej Wawrzyniak memperoleh tanda-kehormatan, antara lain, Piagam dari Menlu RI sebagai pengakuan atas komitmennya untuk memajukan budaya Indonesia di Polandia (1990), dan Indonesian Order of Service with Star sebagai pengakuan atas komitmen tinggi dan kegiatan dalam memperkokoh persahabatan Indonesia dan Polandia (1998).

COPYRIGHT © 2009
Antara News

No comments:

Post a Comment